Kertas Misterius

Gemuruh riuh petasan mengisi seantero ruang udara di pusat kota. Dari kejauhan kami tetap mengamati penghujung jalan yang masih bisa terjangkau mata. Tak sekedip pun padangan dialihkan dari sana.

Waktu terus berlalu seiring bersahut-sahutan suara mesiu yang diledakan di sekitar kami. Namun sosok yang kami tunggu belum juga menunjukan batang hidungnya. Seorang pemuda yang menjadi pembimbing sekaligus pengarah dari tim teater kami. Panggung pertunjukan sudah siap beserta berbagai property yang terlihat mewah dan megah. 

Sebentar lagi adalah giliran tim kami untuk menunjukan seni yang kami cipta dan latih. Panggung megah ini memang cocok sebagai arena pertarungan terakhir kami untuk memperebutkan piala sebagai tim terbaik. Dua peserta pesaing kami berasal dari kabupaten yang berbeda.

Kawasan ini semakin ramai. Posisi panggung yang terbuka membuat para penonton bebas memilih tempat duduk untuk menyaksikan putaran final teater ini. Saat hampir putus asa. Terdengar suara besar dari kenalpot tepat di penghujung jalan.

Sang pelatih kami akhirnya menampakan batang hidungnya. Tidak nampak sedikit pun raut cemas atau khawatir darinya.  Ia menghampiri kami dengan membawa sebuah kertas berwarna putih di lengannya. Nampak seperti amplop dari kejauhan.

Saat sudah berada di dekat kami, benar saja kertas itu adalah amplop. Dengan wajah semringah sembari mengibas-ngibaskan amplop itu dia menyapa kami. “Eit… fokus saja untuk tampil dahulu, nanti aku beritahu isinya” sergah dia yang melihat kami sudah terlihat penasaran dengan amplop tersebut.