Ramadhan merupakan bulan suci yang paling ditunggu-tunggu oleh ummat muslim di seluruh dunia, tidak terkecuali Indonesia. Ada banyak keberkahan dan peristiwa bersejarah di bulan tersebut. Peristiwa demi peristiwa penting bagi perjalan ummat muslim.
Ada peristiwa turnnya alquran, yang hingga sampai saat ini kita peringati. Serta predikat bulan yang lebih baik dari pada seribu bulan. Selain keberkahan dalan ibadah, yang kemudian kita mendapatkan pahala berlipat-lipat ganda dari sebelumnya. Maka keberkahan dari sektor lain, seperti ekonomi turut bergeliat pesat selama bulan ini.
Peredaran uang lebih cepat dan banyak pada bulan ini. Bayangkan saja, satu keluarga yang pada bulan biasa mungkin menghabiskan minuman sirop sebanyak satu botol, maka setidaknya mereka dapat menghabiskan dua botol sirop. Hal tersebut jika kita kalkulasikan dengan jumlah masyarakat yang ada, yang berpotensi mengkonsumsi sirop. Maka jumlah penjualan dan produksi minuman tersebut akan meningkat dua kali lipat atau lebih.
Itu baru dari segi minuman. Belum lagi dari yang lainnya, seperti makanan ringan, takjil, dan bahan pokok lainnya. Tidak ketinggalan juga pakaian dan perlengkapan ibadah lainnya, serta buku-buku keagamaan. Karena biasanya masyarakat akan menjadi lebih relijius saat bulan ini.
Bulan Ramadhan juga mampu mendorong terciptanya pengusaha-pengusaha kecil diseluruh wilayah. Biasa sektor kuliner adalah yang paling banyak menghasilkan pengusaha baru. Meskipun hanya sedikit yang akan tetap bertahapn sebagau pengusaha di bulan-bulan selanjutnya.
Hal tersebut merupakan hal biasa dan dialami oleh hampir seluruh rakyat bangsa ini. Tentu dengan tingkat pertumbuhan yang sangat bervariasi. Sesuai dengan berbagai faktor yang ada.
Namun ada berkah yang sangat dirasakan hanya di kota-kota besar. Terutama di ibu kota Jakarta dan sekitarnya. Dengan perubahan siklus aktivitas yang terjadi selama Ramadhan, efek yang dirasakan sangat besar.
Perubahan siklus tersebut terutama terjadi pada jam kerja. Misalnya saja, ASN (Aparatur Sipil Negara) mengakhiri jam kerjanya pada bulan Ramadhan pada pukul 14.00 WIB. Sedangkan karyawan perushaan BUMN maupun swasta tetap pada pukul 16.00 WIB.
Hal tersebut berarti terjadi perubahan kebiasaan jam pulang kerja. Sehingga mengakibatkan terbaginya jumlah konsentrasi massa di jalan raya. Peristiwa ini secara tidak langsung menguraikan kemacetan demi kemacetan di wilayah jakarta dan sekitarnya yang biasa terjadi pada jam pulang kerja.
Sehingga waktu tempuh dari tempat kerja menuju rumah lebih singkat. Sebagai contoh perjalanan dari jalan Sudirman menu lebak bulus vias Transjakarta pada jam yang biasanya merupakan waktu pulang kerja, nyaris tidak di temui kemacetan kecuali antrian lampu merah. Momen ini membuat masyarakat menghemat tenaga, dan menambah waktu bersama keluarga mereka di rumah.
Keistimewahan ini hanya bisa di temui pada ibu kota Jakarta, dan sekitarnya, serta wilayah-wilayah besar yang biasanya terjadi kemacetan luar biasa. Semoga menjadi nikmat bagi masyarakat ibu kota. Keberkahan yang harus kita sikapi dengan baik. Jangan terlalu berlebihan dalam berbagai hal, terutama dalam hal makanan. Seperti membiasakan berbagi makanan selma Ramadhan ini, entah apakah bubur, sirop, nasi kotak, atau juga berinfaq serta bershadaqah uang. Yang pasti harus di sertai keihklasan.
Tulisan ini di buat atas dasar kontemplasi saat berada di atas Transjakarta menjelang magrib atau berbuka puasa. Sebuah nikmat kelancaran perjalanan pulang tanpa kemacetan, yang saya rasa hanya terjadi di bulan Ramadhan. Semoga ibu kota terus berbenah dan dapat membuat solusi-solusi terbaik untuk mengurangi atau bahkan meniadakan kemacetan.
#RWC
#catatanramadhan2019
0 Comments