Seorang anak bernama Adaba Fernando tengah berbicara dengan ibunya. Nampaknya ibunya sedang memberikan tugas kepada dirinya. Mereka berdiskusi cukup lama, dan memastikan dirinya mengerti apa yang di minta oleh ibunya.
Dalam percakapan tersebut, Adaba Fernando mendapat tugas untuk menjual domba milik keluarganya. Ibunya berpesan kepadanya agar menjual domba tersebut seharga 20 dinar. Jika ternyata saat menjual terdapat calon pembeli yang tidak menawar seharga 20 dinar, maka dia harus kembali kepada ibunya dan bermusyawarah terkait hal tersebut.
Selesai dari percakapan tersebut, Adaba Fernando segera berangkat untuk menjual domba tersebut. Ditengah teriknya mentari, sembari menahan dahaga yang begitu terasa, puasa sunnah hari itu sangat terasa baginya. Ditambah lagi disekilingnya orang-orang tengah asyik mengobrol sembari menyantap makanan dan minuman mereka. Kilau mentari membuat makanan-makanan tersebut berkilau menjadi sangat menarik baginya.
Namun imannya cukup kuat untuk menapikan semua itu. Dirinyapun menawarkan domba dagangannya tersebut kepada berbagai orang di pasar, dengan cara berteriak. Berdatanganlah satu demi persatu orang untuk membeli domba miliknya.
Namun imannya cukup kuat untuk menapikan semua itu. Dirinyapun menawarkan domba dagangannya tersebut kepada berbagai orang di pasar, dengan cara berteriak. Berdatanganlah satu demi persatu orang untuk membeli domba miliknya.
"Berapa harganya, hei anak muda?" Tanya seorang calon pembeli. "20 dinar" jawab singkat Adaba. "Bagaimana jika kamu menjualnya kepadaku dengan harga 18 dinar?" Lanjut calon pembeli tersebut. kemudian dia kembali menjawab "Maaf saya tidak menjualnya dengan harga 18 dinar".
Semakin waktu berlalu, semakin banyak orang berdatangan untuk menawar dombanya. Tawaran di berikan dengan harga yang sangat bervariasi, mulai dari yang lebih rendah, 15 dinar, 17 dinar, hingga penawaran yang lebih tinggi, seperti 25 dinar. Namun Adaba tetap menolak menjualnya.
Hingga datanglah seorang calon pembeli dengan menawar dombanya seharga 40 dinar. "Hei anak muda, bagaimana jika kamu jual kepadaku seharga 40 dinar?" ucap pembeli tersebut. Namun Adaba kembali menolak tawaran tersebut. Pembeli tersebut terus memaksanya untuk menjual domba tersebut kepadanya.
Hingga akhirnya Adaba berkata "Ibuku berpesan kepadaku untuk menjual domba ini seharga 20 dinar, jika tidak demikian aku tidak bisa menjualnya. Sebab ibuku tidak mengizinkannya". Tetapi pembeli tersebut terus memaksa Adaba. "Baiklah tuan, jika tuan memaksa, dan tidak ada yang hendak membeli domba milikku ini seharga 20 dinar. Aku akan kembali pulang terlebih dahulu untuk bermusyawarah dengan ibuku mengenai tawaran tuan-tuan sekalian" ucap Adaba.
Padahal sebagai anak yang cerdas, Adaba harusnya menjual kepada pembeli yang menawar dombanya dengan harga 40 dinar. Selain itu dirinya juga pasti sangat mengerti bahwa dia akan mendapatkan keuntungan lebih, sebesar 20 dinar dari harga yang dia tawarkan. Artinya dia mendapatkan uang dua kali lipat dari yang seharusnya.
Namun, dirinya tidak hanya pintar tapi juga benar. Dia memegang teguh pesan atau amanah ibunya untuk menjual domba tersebut seharga 20 dinar. Jika ada yang menawar kurang atau lebih dari harga tersebut, dan tidak ada yang menawar seharga 20 dinar, maka dia harus kembali untuk memusyawarahkan hal tersebut.
Di dunia ini ada banyak orang pintar, namun tidak banyak yang benar. Orang pintar belum tentu benar, tetapi insya Allah orang benar juga pintar, meskipun tidak semuanya. Kita bisa menyaksikan kondisi saat ini, dimana banyak orang pintar yang melakukan korupsi, dan berbagai kecurangan dalam berbagai hal. Tidak terkecuali dalam politik dan bernegara, sehingga memanfaatkan berbagai hal demi kepentingan pribadi, kelompok dan golongan.
Setelah Adaba kembali pulang dan bermusyawarah dengan ibunya, mengenai tawaran untuk domba mereka. Akhirnya ibu Adaba menyetujuinya untuk menjual domba tersebut seharga 40 dinar. Adaba Fernando segera kembali ketempat dia menjual domba, dan menjualnya seharga 40 dinar kepada pembeli tersebut.
Semoga kita dapat mengambil hikmah. Dan dapat menjadi orang pintar sekaligus benar.
Tulisan ini di sadur dari ceramah ibadah terawih di Masjid Raya Pondok Indah Mall. Semoga puasa kita semua bernilai amal pahala. Dan Semua dosa-dosa kita di amluni oleh Allah S.W.T.
#catatanramadhan1440
#RWC2019
0 Comments