“1440 Jam Di Desa Tertap “ Sebuah Desa Dikaki Gunung Dempo. bagian 4


Selanjutnya kami diajak melihat bagian atas rumah ini, yakni lantai 2, disini nampak jauh lebih hangat mungkin karena bahan bangunan yang digunakan terbuat dari kayu. Tingkat kedua rumah ini terbagi atas 4 ruang besar, pada bagian belakang terdapat semacam ruang belakang dan hanya diterangi satu buah lampu dengan cahaya kuning yang remang-remang dan terdapat sebuah pintu yang sudah dimatikan atau ditutup secara permanen dan sebuah jendela yang masih berfungsi baik. Dari jendela ini kami bisa melihat pemandangan bukit barisan dan kolam budidaya ikan serta pertanian yang sangat cantik dan mengagumkan dimana tidak pernah di jumpai ditempat kami.

Tepat didepan jendela ini salah satu anggota kelompok kami sangat suka memanfaatkan waktu senggang yang dia miliki untuk duduk dan memandang pemandangan diluar jendela, serta melukis selama kami berada di tempat ini.

“Lantai ini terbuat dari kayu yang sangat kuat” ucap bapak kepala desa sambil berjalan menunjukan bagian ke dua dari belakang, pada bagian kedua ini hanya terdapat satu kamar besar dan satu jendela yang tepat berhadapan dengan pintu kamar, kemudian beliau berkata “nanti yang cowo-cowo tidurnya disini saja dan yang cewe kamar bawah, supaya yang cowo deket dengan yang cewe, jadi kalo ada apa-apa bisa cepet ngeliat”.

Kamipun mengangguk saja sambil menuju ruang utama atau bagian ke tiga dari ke 4 bagian ini, ruang utama ini merupakan ruang yang paling besar dengan dua buah kamar tidur besar lengkap dengan ranjang dan kasur, serta terdapat pula sebuah ruang tamu besar yang dilengkapi dengan sopa besar yang empuk dan meja, tak tertinggal juga sebuah lukisan klasik besar yang bergambar soekarnoe yang menambah suasana ruang itu menjadi semakin mistis dan beberapa pernak-pernik lainnya ikut serta menjadikan suasana bertambah mistis.

Bagian yang terakhir adalah bagian yang paling depan dari rumah ini dan tidak terlalu luas, disini terdapat satu kamar tidur yang mungkin dulunya diperuntukan sebagai kamar tidur tamu, dan didepannya terdapat ruang tamu kecil serta jendela kaca yang sangat besar, yang membuat istimewa ruang bagian depan ini adalah pemandangan gunung dempo yang dapat dilihat secara langsung kapanpun selama cahaya matahari bersinar dengan sangat jelas tanpa harus menggunakan alat apapun.

Setelah mendapatkan penjelasan mengenai denah rumah, kami kembali turun ke lantai bawah. Dan kami memanfaatkan waktu yang tidak lebih dari dua jam untuk membersihkan rumah ini secara ala kadarnya saja agar dapat ditempati malam ini, sementara di luar sana matahari mulai meredupkan cahayanya.

Setiap anggota bahu-membahu membersihkan tempat yang akan digunakan malam ini, mulai dari anggota wanita menyapu beberapa tempat yang akan dilalui malam ini, sementara kami para lelaki membeli dan masang lampu yang lebih terang ditempat-tempat yang akan sering digunakan serta membawa barang-barang ke kamar atas dimana kami semua akan tidur.

Serta meminjam beberapa ambal yang tak terpakai dimasjid untuk melapisi lantai kamar bawah yang akan ditempati wanita-wanita kelompok kami, dan hasilnya kamar itupun jauh lebih hangat dan nyaman setelah dilapisi ambal, karena nampaknya tikar biasa tak mampu menghalau dinginnya lantai semen.

Saat kami sedang melakukan bersih-bersih, bapak kepala desa berkata “nanti malam habis magrib kerumah bapak ya, dan kalian tidak perlu memasak dulu malam ini, ibu sudah memasak. Makannya ditempat bapak saja malam ini dan tidurnya juga ditempat bapak saja”, kamipun mengangguk saja.

Selepas magrib kami sedikit merasa tidak enak untuk makan ditempat bapak kepala desa, hingga berencana memasak mie instan atau mencari warung saja dulu malam ini, selang beberapa saat berdiskusi pintu rumah kami tiba-tiba berbunyi “tok, tok, tok” nampaknya ada seseorang yang mengetuk dan setelah dilihat ternyata seorang gadis cantik yang merupakan anak bapak kepala desa “disuruh kerumah sama bapak, udah ditunggu buat makan malam” ucap gadis cantik itu.

Salah satu teman laki-laki kami nampaknya langsung terpesona dengan kecantikannya, nampak sekali tercermin dari wajahnya, “iya sebentar lagi, yang wanita masih siap-siap” balasku kepadanya, lalu wanita cantik itupun pulang. Selang sepuluh menit kemudian dia kembali datang dan berkata hal yang sama dan aku jawab dengan jawaban yang sama pula, ha ha ha sebenarnya kami masih merasa sungkan atau tidak enak. Sampai akhirnya bapak kepala desa yang langsung datang menjemput dan apa mau dikata, mau tidak mau kami berangkat ditambah lagi beliau menunggu di ruang tamu yang membuat kami tidak dapat mengelak lagi.

Dan akhirnya berangkatlah kami menuju rumah beliau, disana kami makan malam dan berbincang-bincang serta berkenalan dengan semua anggota keluarga beliau, entah disengaja atau tidak, hampir semua anggota keluarga beliau hadir pada malam itu, mulai dari adik kandung istri beliau, dan orang tua beliau dan tentu ada anak-anak beliau termasuk gadis cantik yang tadi datang ke tempat kami. Beliau mempunyai empat orang anak, yang pertama sedang menempuh studi di universitas layaknya kami, yang kedua kelas 3 sma yang tadi menjemput kami, yang ketiga masih smp, dan terakhir masih balita.

Post a Comment

0 Comments