“1440 Jam Di Desa Tertap “ Sebuah Desa Dikaki Gunung Dempo. bagian 5

Ditengah perbincangan hangat, wanita kelompok kami nampaknya telah berdiskusi dan memutuskan untuk pulang ke posko meski bapak kepala desa meminta kami untuk menginap dirumahnya pada malam ini, sempat terjadi Tarik ulur antara kami dan bapak kepala desa meskipun akhirnya beliau mengizinkan keinginan kami dengan sedikit terpaksa.

Setelah sampai dirumah, kami masih berbincang-bincang diruang tamu bawah, ditengah perbincangan para wanita kelompok kami meminta kami tidur dilantai bawah saja tepat didepan kamar yang mereka tempati. Mereka berkata bahwasannya mereka takut karena rumah itu sangat menyeramkan dan aurahnya tidak mengenakan, yang sebenarnya juga kami rasakan.

Dan perasaan kami secara tidak sengaja terungkap ketika berdiskusi dibeberapa hari kemudian, ya mungkin itu adalah sesuatu hal yang wajar karena rumah ini sudah menahun tidak ditempati, dan mereka berkata dengan nada sedikit mengancam jika kami tidak mau maka mereka tidak akan tidur dan dengan terpaksa kami membawa turun kasur untuk tidur tepat didepan kamar mereka. Dan malam itu dinginnya udara menusuk tulang ketika kami tidur meskipun sudah menggunakan selimut dan kasur yang tebal.

Suasana menyeramkan itu memang sangat terasa di satu minggu awal, hal itu terbukti jelas. Saat itu ketika semuanya akan tidur dan seperti biasa kami tidur di tepat didepan kamar para wanita, salah satu temanku berkata “kalo begini terus bisa sesak nafas nih, dinginnya lantai masih terasa meskipun sudah menggunakan selimut dan kasur yang sangat tebal”.

Saat itu muncul ide untuk berpindah tempat tidur dan dia pun mengajak kami untuk pindah ke kamar atas secara diam-diam, dan kami semua setuju dengan ide tersebut, sehingga kami pun pindah secara diam-diam dengan membawa semua perlengkapan tidur kami. Setelah beberapa saat kami pindah dan ditengah-tengah perbincangan ringan kami dikamar sebelum tidur, secara tiba-tiba dan sangat mengejutkan terdengar suara jeritan yang sangat keras dari kamar bawah dimana para perempuan kelompok kami beristirahat, kamipun sontak berlarian turun menuju kamar itu untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi dan memastikan bahwa mereka dalam keadaan baik-baik saja.

Ternyata mereka juga belum tidur dan masih berbincang-bincang ringan didalam kamar serta tidak menyadari kepindahan kami ke kamar atas, ditengah percakapan mereka secara tiba-tiba lampu ruang tengah dimana kami tidur sebelumnya dan dikamar mereka mati secara mendadak serta pintu kamar yang tadinya dikunci tiba-tiba terbuka dengan keras seperti didobrak oleh orang dan hal tersebut membuat mereka sangat ketakutan.

Ketika kami menghampiri mereka, mereka sangat marah kepada kami dan menuduh kami yang mematikan lampu serta membuka pintu kamar mereka dengan nada yang sangat ketakutan, jelas saja kami sangat kaget sekali dengan tuduhan tersebut dan kami berusaha menjelaskan bahwa kami tidak melakukannya karena saat kejadian itu kami semua sedang berada didalam kamar di lantai atas, tetapi mereka masih mengotot menuduh bahwa kami yang melakukannya.

Kami semua seketika termenung sambil saling menantap satu sama lain seolah memiliki satu pemikiran yang sama bahwa ada yang aneh dengan kejadian itu dan tidak menutup kemungkinan bahwa mahluk halus yang melakukannya, dikarenakan kami memang tidak sedang berada di depan kamar mereka.

Meskipun berusaha untuk menjelasknnya, penjelasan demi penjelaskan yang kami berikan tidak dapat menggoyah pendapat mereka yang diarahkan kepada kami dan mereka tetap merasa panik, demi menenangkan mereka kami dengan terpaksa harus mengakui bahwa kami yang mematikan lampu dan mendorong pintu kamar mereka dengan berat hati, setelah itu terlihat bahwa mereka mulai tenang dari kepanikannya, nampaknya mereka sebernarnya juga berfikir bahwa mahluk halus yang sedang menjahili mereka. Namun karena merasa takut mereka mencari cara untuk menghindari ketakutan itu dengan cara mencari pelaku lain. Mereka meminta kami untuk kembali berpindah tempat tidur ketempat semula yakni didepan kamar mereka, jika kami tidak mau menuruti keinginannya maka mereka tidak akan mau tidur dan akhirnya kami kembali tidur dibawah.

Keesokan paginya, saat sedang berkumpul didapur tiba-tiba semua anggota kelompok membahas kejadian yang terjadi malam tadi, dan permasalahan tersebut terselesaikan karena kami menjelaskan nampaknya memang mahluk halus yang melakukannya, meskipun mereka bersikeras kami yang melakukannya dan itupun sebagai dalih untuk menghindari rasa takut mereka dengan tidak menganggap penjelasan kami, karena semuanya secara tidak langsung memang kami semua memahami kejadian itu bukanlah kejadian biasa, dan tragedi Itu merupakan kejadian yang paling menyeramkan yang pernah kami alami selama menetap dirumah ini.

Selayaknya orang yang baru melakukan perpindahan tempat tinggal, hari pertama dan kedua merupakan hari-hari yang paling menyibukan, aku sendiri tidak ragu untuk menyebutnya sebagai pindahan tempat tinggal karena memang kami akan tinggal ditempat ini dalam waktu yang sangat lama.

Banyak hal yang harus kami lakukan seperti melakukan penyesuaian dengan orang-orang yang sangat baru dikenal dikelompok ini dan juga sekitar tempat tinggal yang sebelumnya tidak pernah kami kenal dan ini akan menjadi terasa sangat lama sekali.

Di pagi hari pertama, kami semua berbelanja bahan makanan bersama-sama dipasar tradisional yang terletak dipusat kecamatan dengan berjalan kaki, pasar ini direkomendasikan langsung oleh bapak camat saat penyambutan dihari sebelumnya dan atas petunjuk dan rekomendasi dari ibu kepala desa jugalah kami memutuskan untuk berbelanja dipasar ini. Pagi itu kami mulai merasakan indahnya rasa kekeluargaan diantara anggota kelompok dan tentunya juga merasakan segarnya udara pegunungan Dempo.

Disepanjang jalan kami menyempatkan diri untuk menyapa dan mengobrol bahkan bersenda gurau sejenak bersama warga-warga yang kami temui dalam perjalanan kami menuju pasar, mulai dari pedagang sayur keliling, petani. Kalian jangan heran sedikitpun ya meskipun daerah ini merupakan daerah pegunungan yang sangat subur dan terkenal sebagai daerah penghasil dan penyuplai sayuran tetapi tetap masih ada pedagang sayur keliling ya, dan juga bertemu guru-guru yang sedang berangkat untuk mengajar dengan berjalan kaki.

Post a Comment

0 Comments