Ditengah perbincangan hangat,
wanita kelompok kami nampaknya telah berdiskusi dan memutuskan untuk pulang ke
posko meski bapak kepala desa meminta kami untuk menginap dirumahnya pada malam
ini, sempat terjadi Tarik ulur antara kami dan bapak kepala desa meskipun akhirnya
beliau mengizinkan keinginan kami dengan sedikit terpaksa.
Setelah sampai dirumah, kami masih
berbincang-bincang diruang tamu bawah, ditengah perbincangan para wanita
kelompok kami meminta kami tidur dilantai bawah saja tepat didepan kamar yang
mereka tempati. Mereka berkata bahwasannya mereka takut karena rumah itu sangat
menyeramkan dan aurahnya tidak mengenakan, yang sebenarnya juga kami rasakan.
Dan perasaan kami secara tidak
sengaja terungkap ketika berdiskusi dibeberapa hari kemudian, ya mungkin itu
adalah sesuatu hal yang wajar karena rumah ini sudah menahun tidak ditempati,
dan mereka berkata dengan nada sedikit mengancam jika kami tidak mau maka
mereka tidak akan tidur dan dengan terpaksa kami membawa turun kasur untuk
tidur tepat didepan kamar mereka. Dan malam itu dinginnya udara menusuk tulang
ketika kami tidur meskipun sudah menggunakan selimut dan kasur yang tebal.
Suasana menyeramkan itu memang
sangat terasa di satu minggu awal, hal itu terbukti jelas. Saat itu ketika
semuanya akan tidur dan seperti biasa kami tidur di tepat didepan kamar para
wanita, salah satu temanku berkata “kalo begini terus bisa sesak nafas nih, dinginnya lantai masih terasa meskipun
sudah menggunakan selimut dan kasur yang sangat tebal”.
Saat itu muncul ide untuk
berpindah tempat tidur dan dia pun mengajak kami untuk pindah ke kamar atas
secara diam-diam, dan kami semua setuju dengan ide tersebut, sehingga kami pun
pindah secara diam-diam dengan membawa semua perlengkapan tidur kami. Setelah
beberapa saat kami pindah dan ditengah-tengah perbincangan ringan kami dikamar
sebelum tidur, secara tiba-tiba dan sangat mengejutkan terdengar suara jeritan
yang sangat keras dari kamar bawah dimana para perempuan kelompok kami
beristirahat, kamipun sontak berlarian turun menuju kamar itu untuk melihat apa
yang sebenarnya terjadi dan memastikan bahwa mereka dalam keadaan baik-baik
saja.
Ternyata mereka juga belum tidur
dan masih berbincang-bincang ringan didalam kamar serta tidak menyadari
kepindahan kami ke kamar atas, ditengah percakapan mereka secara tiba-tiba
lampu ruang tengah dimana kami tidur sebelumnya dan dikamar mereka mati secara
mendadak serta pintu kamar yang tadinya dikunci tiba-tiba terbuka dengan keras
seperti didobrak oleh orang dan hal tersebut membuat mereka sangat ketakutan.
Ketika kami menghampiri mereka,
mereka sangat marah kepada kami dan menuduh kami yang mematikan lampu serta
membuka pintu kamar mereka dengan nada yang sangat ketakutan, jelas saja kami
sangat kaget sekali dengan tuduhan tersebut dan kami berusaha menjelaskan bahwa
kami tidak melakukannya karena saat kejadian itu kami semua sedang berada
didalam kamar di lantai atas, tetapi mereka masih mengotot menuduh bahwa kami yang
melakukannya.
Kami semua seketika termenung
sambil saling menantap satu sama lain seolah memiliki satu pemikiran yang sama
bahwa ada yang aneh dengan kejadian itu dan tidak menutup kemungkinan bahwa mahluk
halus yang melakukannya, dikarenakan kami memang tidak sedang berada di depan
kamar mereka.
Meskipun berusaha untuk
menjelasknnya, penjelasan demi penjelaskan yang kami berikan tidak dapat
menggoyah pendapat mereka yang diarahkan kepada kami dan mereka tetap merasa
panik, demi menenangkan mereka kami dengan terpaksa harus mengakui bahwa kami
yang mematikan lampu dan mendorong pintu kamar mereka dengan berat hati, setelah
itu terlihat bahwa mereka mulai tenang dari kepanikannya, nampaknya mereka
sebernarnya juga berfikir bahwa mahluk halus yang sedang menjahili mereka.
Namun karena merasa takut mereka mencari cara untuk menghindari ketakutan itu
dengan cara mencari pelaku lain. Mereka meminta kami untuk kembali berpindah
tempat tidur ketempat semula yakni didepan kamar mereka, jika kami tidak mau
menuruti keinginannya maka mereka tidak akan mau tidur dan akhirnya kami
kembali tidur dibawah.
Keesokan paginya, saat sedang
berkumpul didapur tiba-tiba semua anggota kelompok membahas kejadian yang
terjadi malam tadi, dan permasalahan tersebut terselesaikan karena kami
menjelaskan nampaknya memang mahluk halus yang melakukannya, meskipun mereka
bersikeras kami yang melakukannya dan itupun sebagai dalih untuk menghindari rasa
takut mereka dengan tidak menganggap penjelasan kami, karena semuanya secara
tidak langsung memang kami semua memahami kejadian itu bukanlah kejadian biasa,
dan tragedi Itu merupakan kejadian yang paling menyeramkan yang pernah kami
alami selama menetap dirumah ini.
Selayaknya orang yang baru
melakukan perpindahan tempat tinggal, hari pertama dan kedua merupakan
hari-hari yang paling menyibukan, aku sendiri tidak ragu untuk menyebutnya
sebagai pindahan tempat tinggal karena memang kami akan tinggal ditempat ini
dalam waktu yang sangat lama.
Banyak hal yang harus kami lakukan
seperti melakukan penyesuaian dengan orang-orang yang sangat baru dikenal
dikelompok ini dan juga sekitar tempat tinggal yang sebelumnya tidak pernah
kami kenal dan ini akan menjadi terasa sangat lama sekali.
Di pagi hari pertama, kami semua berbelanja
bahan makanan bersama-sama dipasar tradisional yang terletak dipusat kecamatan
dengan berjalan kaki, pasar ini direkomendasikan langsung oleh bapak camat saat
penyambutan dihari sebelumnya dan atas petunjuk dan rekomendasi dari ibu kepala
desa jugalah kami memutuskan untuk berbelanja dipasar ini. Pagi itu kami mulai
merasakan indahnya rasa kekeluargaan diantara anggota kelompok dan tentunya
juga merasakan segarnya udara pegunungan Dempo.
Disepanjang jalan kami
menyempatkan diri untuk menyapa dan mengobrol bahkan bersenda gurau sejenak
bersama warga-warga yang kami temui dalam perjalanan kami menuju pasar, mulai
dari pedagang sayur keliling, petani. Kalian jangan heran sedikitpun ya meskipun
daerah ini merupakan daerah pegunungan yang sangat subur dan terkenal sebagai
daerah penghasil dan penyuplai sayuran tetapi tetap masih ada pedagang sayur
keliling ya, dan juga bertemu guru-guru yang sedang berangkat untuk mengajar dengan
berjalan kaki.
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 1 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 2 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 3 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 4 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 5 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 6 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 7 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 8 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 9 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 10 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 11 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 12 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 13 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 14 |
0 Comments