Hening adalah sebuah kata
yang menjadi object buruan oleh semua
orang di berbagai daerah diseluruh dunia, tetapi sepi justru menjadi sebuah
kata yang mejadi musuh bersama.
Dari prolog diatas, dapat di tarik hipotesis bahwa hening dan sepi
memiliki definisi yang berbeda. Secara sederhana kata hening tidak selalu
mengikutsertakan kata sepi, tetapi kata sepi bisa dapat dipastikan membawa kata
hening.
Lebih lanjut, untuk tafsir
yang sedikit lebih mendalam, kata sepi cenderung atau identic dengan daerah yang sangat jauh dari kata modern, terintegrasi dengan akses
transportasi, kesulitan-kesulitan lainnya atau dapat di intepretasikan secara
langsung dengan kata terpencil atau kata sejenis yang memiliki makna demikian.
Sedangkan kata hening berada
di posisi yang berlawanan, dimana kata hening adalah sebuah kondisi tenang yang
diinginkan oleh semua orang, tetapi tetap berada di pusaran modernitas,
ketersediaan akses transportasi yang memadai atau sangat mudah dan biasanya
cenderung dengan wilayah pusat administrasi yang bisa diartikan dengan kata
kota, baik kota kecamatan, provinsi, atau bahkan Negara.
Dalam masyarakat terdapat
fenomena yang menjadi keinginan bersama secara tidak langsung, yakni untuk
beralih tempat tinggal dari sebuah wilayah yang jauh dari akses modernitas
menuju perkotaan dalam semua level yang telah dituliskan diatas atau yang dalam
bahasa geografi disebut dengan urbanisasi.
Pada umumnya proses ini
dipengaruhi banyak hal pada kenyataannya, tetapi ada dua hal yang paling
mempengaruhi fenomena ini yakni ekonomi dan pendidikan. Dimana factor tersebut lekat dengan kota
sehingga masyarakat beramai-ramai berusaha untuk dapat menikmatinya dengan cara
mendatangi pusat-pusat tersebut.
Yang secara singkat
terjadilah urbanisasi tersebut, yang
dapat kita kategorikan sebagai sebuah upaya kita untuk menjauhi pusat-pusat
kesepian, yang lekat dengan ketidak berdayaan financial, atau dapat diucap dengan sebuah kata yang sangat
gamblang yakni kemiskinan.
Tetapi dalam tulisan ini
kita tidak akan membahas kemiskinan yang sudah menjadi permasalahan akut
dinegeri ini yang katanya kaya dan raya, serta disebut oleh data statistic yang sangat sulit untuk
dipercaya karena sangat bertentangan dengan rasa kemiskinan yang kita rasakan
justru semakin parah.
Kita akan focus terhadap judul kita. Melanjutkan
pembahasan kita, upaya untuk tidak akan pernah lagi bergelut dengan kesepian
menjadi pendorong utama arus urbanisasi,
tetapi yang menjadi something is the most
unique that we desire to have the quietness.
Hal tersebut menjadi fakta
yang tak dapat terbantahkan, bahwa mempunyai lingkungan yang tenang, dan hening
di kota tetap menjadi impian semua orang meskipun kita telah meninggalkan
desa-desa yang juga mempunyai ketenangan dan keheningan lingkungan meskipun
dengan berbagai ketidak sempurnaan dalam aspek-aspek yang kita bahas diatas.
Quietness
is the most impossible thing which you desire to have in town. Except we are
strong enough to purchase it. Kenapa penulis menuliskannya
sebagai impossible thing, kita pasti mengetahui bahwa kota
mempunyai aktivitas yang mungkin tidak dapat berhenti sekalipun pukul 02.00.
Dari kalimat singkat diatas
kita dapat memahami bahwa keinginan untuk mempunyai lingkungan yang hening dan
tenang di kota mendapatkan halangan yang sangat nyata, yang secara langsung
atau tidak kita faham bahwa kota memproduksi banyak polusi sebagai suatu hal
yang harus dibayar dalam upaya untuk memenuhi hasrat kita akan modernitas yakni
kemudahan pendidikan yang berkualitas, ekonomi yang mapan, transportasi dan
sebagainya.
Mulai dari polusi angin,
cahaya, suara, udara, termasuk air, sebagai sebuah akibat deforestasi dalam
upaya transformasi menjadi pusat modernitas yang mendorong kita mendatanginya (urbanisasi yang telah kita bahas
diatas).
Maka upaya untuk medapatkan
keheningan di kota tak mungkin kita dapatkan dengan kekuatan financial yang tidak lebih dari kata cukup,
bahkan walau anda menetap di kompleks perumahan meskipun terletak dibibir kota
dengan harga dan fasilitas standar sekalipun apalagi dengan kategori subsidi.
Sekarang mari kita menarik case ke pusat modernitas, diarus utama aktivitas
yang bisa kita katakan tidak pernah berhenti. Di pusat kota Jakarta di ruas
jalan yang dalam satu bulan terakhir menjadi sangat terkenal dan disoroti mata public melalui berbagai media di seluruh
Indonesia hingga sampai ke pusat sepi yang kita hindari selama ini.
Ruas jalan yang menuai
ribuan cercaan dan makian dari berbagai kalangan yang dilepas di udara, sebagai
akibat dari penerapan kebijakan yang dipercepat, yakni ruas sudirman thamrin. Kebijakan
pelican menjadi pemantik terkenalnya ruas ini lebih dari sebelumnya.
Lalu apakah mungkin kita
mendapatkan keheningan di sekitar ruas ini?.
Bukankah di sepanjang ruas
ini dipenuhi dengan gedung-gedung pencakar langit yang tulis penulis hamper
tidak mungkin untuk mendapatkan ketenangan?.
Bukankah itu mustahil sebab
ruas ini merupakan pusat aktivitas para pekerja?.
Mungkin dengan seketika
pertanyaan-pertanyaan itu akan muncul difikiran kita, untuk kita yang bekerja
di kota, serta menghabiskan sebagian besar waktu kita apalagi kita yang bekerja
di gedung-gedung sepanjang sudirman thamrin. Maka mendapatkan ketenangan
lingkungan itu menjadi hal yang
selayaknya kita kita punyai.
Perlu kita ingat bahwa di
dekat ruas ini terdapat sebuah perumahan yang mempunyai keheningan yang luar
biasa walaupun berada dipusat peradaban, yang tentunya untuk menetap di kawasan
ini dan menikmati keheningan kita harus punya financial yang luar biasa bnyak.
Yang menjadi hal penting
kenapa kawasan ini, karena mempunyai tata kawasan yang sangat baik sehingga
mampu menghalangi polusi yang diproduksi kota.
Kembali ke gedung-gedung di
sepanjang sudirman thamrin, anda sudah pasti mendapatkan keheningan dan
menikmati udara yang sejuk ketika berada didalam gedung pencakar langit,
dikarenakan struktur bangunan yang memungkinkan hal tersebut.
Tetapi bagaimana jika kita
berada diluar gedung?
Apakah kita akan mendapat
keheningan?
Semacam menjadi sebuah
keharusan untuk kita mendapatkan keheningan atau ketenangan ditempat dimana
kita menghabiskan sebagian besar waktu kita.
Hasrat untuk mendapatkan
keheningan di ruas sudirman thamrin mungkin dapat terwujud dengan segera.
Optimisme untuk hal ini menyeruak setelah penulis membaca sebuah info grafis
dalam sebuah Koran ternama sebagai report atas tindakan yang dilakukan oleh
pengelola wilayah ibu kota sebagai salah satu upaya untuk mensuskseskan event olahraga yang baru saja selesai
dilaksanakan.
Dimana ruas ini diperbaiki
melalui berbagai mekanisme, salah satunya adalah melakukan penanaman pepohonan,
ini yang sangat menarik untuk dibahas, dan keyakinan bahwa keheningan akan
segera dapat kita nikmati.
Dimana berbagai polusi yang
kita bahas diatas dapat reduksi sehingga mendatangkan keheningan, seperti
polusi angin dapat terselesaikan melalui penanaman pepohonan pemecah angin
yakni tanaman jarak yang rapat. Selain jarak tanaman-tanaman lain antara lain
glodokan tiang, cemara, angsana, tanjung, Kiara paying, kembang sepatu, puring
dan pucuk merah yang mempunyai fungsi mengurangi efek dari angin kendaraan.
Lebih jauh polusi suara
dapat diredam melalui pepohonan yang ranting, daun, dan cabangnya dapat meredam
suara, biasanya tanaman ini adalah yang memiliki tajuk tebal dengan massa daun
yang padat. Contohnya adalah daun tanjung, Kiara paying, the-tehan pangkas,
puring, pucuk merah, kembang sepatu, bugenvil dan oleander.
Untuk mengurangi polusi
cahaya yang biasanya dihasilkan oleh kendaraan, maka dapat menggunakan tamanan
bugenvil, puring, pucuk merah, kembang sepatu, oleander dan nusa indah.
Dan bagaimana dengan polusi
udara, polusi ini dapat dikurangi dengan tanaman yang menyerap karbon dioksida,
timbal atau timah hitam, dan nitrogen oksida dari asap kendaraan, contoh
tamannya adalah pohon mahoni, trembesi, puring, asam jawa, dan pohon saga.
Beberapa pohon yang menarik
untuk dibahas dalam upaya mereduksi pencemaran udara adalah pohon angsana.
Pohon ini sudah sangat familiar yang memiliki manfaat sebagai tanaman pengias,
peneduh serta penyerapan kebisingan dan polusi, dengan karakter fisik mempunyai
tajuk yang lebat dan berbunga indah. Tinggi pohon mencapai 45 miliar dengan
diameter 200 cm, percabangan berat, tetapi kebanyakan bengkok dan bercabang
rendah.
Selanjutnya pohon mahoni
sebagai peneduh yang dapat menyerap serta menjerat partikel timbal dan debu
semen dengan karakter fisik diameter pohon mencapai 125 cm dan tinggi antara
35-40 meter. Bentuk batang silindris, tajuk berbentuk kubah dan daun berwarna
hijau gelap.
Dan yang terakhir adalah
trembesi dengan karakter tinggi fisik mencapai 25 meter dan diameter lebih dari
30 meter, tajuk rindang dengan percabangan yang ekstensif. Dan trembesi
mempunyai manfaat sebagai pohon peneduh, penyerap CO2, dan penyerap air yang
sangat cepat terutama pada musim hujan.
Dengan kondisi tersebut,
keheningan segera tercipta di sudirman thamrin dengan segera, lalu apakah
mungkin keheningan ini diciptakan di lingkungan modern kita?.
Tentu saja jawabnya bisa
dengan melakukan serangkaian rekayasa mirip yang dilakukan di sudirman thamrin,
tetapi yang perlu dicatat biaya untuk rekayasa ini yang sangat mahal.
Semoga keheningan dapat
tercipta dilingkungan kita ditengah modernitas, dan sepi dapat berubah menjadi
hening tanpa adanya deforestasi.
0 Comments