Misteri Pulau Karya


Langit mulai memerah dan deburan ombak mulai semakin mengeras terdengar ditelinga. Sampai suara jangkrik pun tidak mampu mengacaunya. 

Bukan karena arusnya semakin membesar, tetapi mulai berhentinya berbagai aktivitas disekitarnya. Sehingga menjadikan suaranya tidak mempunyai lawan.

Namun masih terdapat cukup cahaya yang menerangi pulau ini. Sehingga kami masih mempunyai cukup waktu untuk berenang dipelabuhan, setelah menjelahi hampir seluruh tepian pantai hanya untuk mencari ikan.

Nampak dipelabuhan masih cukup ramai di penuhi oleh pelancong-pelancong lainnya. Mereka masih menikmati kegiatan memancing.

Di tengah perjalanan menuju pelabuhan. Kami berpapasan dengan seorang bapak. Dia merupakan salah satu pengunjung pulau Karya ini. Secara kebetulan tenda yang kami dirikan bersebelahan dengan milik bapak tersebut. Berada di bagian belakang pulau dan tepat menghadap pantai.

Kami tetap asyik mengobrol meskipun dalam langkah yang cepat saat menuju pelabuhan. Bapak tersebut secara mendadak bertanya mendadak kepada kami “Dimana kalian menginap?”. Kami sedikit mengerenyitkan dahi kami. Nampaknya si bapak tidak terlalu memperhatikan keberadaan kami. Meskipun tenda yang kami dirikan bersebelahan dengan miliknya.

Sambil menunjuk kearah belakang pulau kami menjawab “Dibelakang pak, kenapa?”. Pulau ini angker kita harus segera pulang menyebrang ke pulau utama, timbalnya dengan ekspresi yang sangat menyeramkan dan meyakinkan, jika diingat kembali raut wajah yang ia tunjukan sangat mirip sekali dengan tokoh misterius di kebanyakan film horror, dengan menggunakan peci putih, jenggot dan kumis yang dipotong tipis dan kulit yang sedikit gelap akibat terpapar air dan matahari laut ditambah suasana yang mulai berangsur gelap menambah kemisteriusan ceritanya.

Dengan nada yang sangat menyita perhatian temanku dia mengatakan pulau ini sangat angker, terdapat banyak kuburan di satu sisi pulau, dahulunya pulau ini merupakan tempat pembataian etnis tionghoa pada zaman kerusuhan dan anti etnis pada zaman dulu, pada tahun 1990 ia pernah dengan mengendarai perahu ketek (sebuah perahu kecil bermuatan paling banyak 5 orang dengan bentuk memanjang dan biasanya menggunakan dayung atau mesin yang mengeluarkan suara tek tek tek).

Perihal kuburan memang nyata keberadaannya, pada tahun itu ia berniat dan sedang memancing di pulau karya ini, saat malam hari ia menepi ke bibir pulau dengan maksud mengambil air di sebuah sumur yang hanya berjarak sekitar 15 meter dari tepian pantai sambil menggerakan tangan menunjuk lokasi yang dimaksud. 

Dengan menggerakan tangannya keatas dan kebawah serta dengan suara yang serak ia menirukan suara tangisan demi tangisan dan tawa memekakan telinga yang ia dengar dari tengah pulau yang saat itu tidak ada seorangpun penghuninya.

“Pokoknya kita harus segera pergi dari pulau ini, jika tidak bisa bahaya nantinya” timbalnya sambil melanjutkan langkahnya yang menjauh dari kami menuju tendanya di belakang pulau.

Tiba-tiba Areski mulai menunjukan raut wajah yang sedikit ragu untuk berenang dipelabuhan dan mulai nampak terfikir ucapan demi ucapan yang tadi dilontarkan oleh sang bapak misterius itu, kamipun membatalkan niat untuk merasakan segarnya air laut di sore itu secara langsung tetapi tetapi menyambang pelabuhan hanya sekedar mencoba untuk mengetahui sebarapa banyak ikan disana dengan menggunakan pancing yang kami temukan ditepian pantai di siang hari tadi.

Kecemasannya semakin menjadi-jadi ketika pengunjung lainnya yang tengah asyik bergerak menuju tenda mereka dan berniat berpindah lokasi menginap ke dekat pelabuhan dengan alasan cahaya yang lebih terang untuk melewati malam.

“Sepertinya kita harus pindah juga deh, mereka aja pindah tuh, dibelakang memang gelap dan ngga ada cahaya” himbau Areski dengan nada yang sedikit takut dan khawatir terhadap cerita itu.

Akhirnya aku menyetujui usulnya, kami segera melangkahkan kaki selangkah demi selangkah menuju tempat awal dimana kami rencananya kami akan menginap.

Kami juga bertemu dengan seorang ibu dan anaknya yang juga merupakan bagian dari kelompok pengunjung yang akan pindah “pindah aja mas, disini gelap banget, didepan lebih terang tuh” ajaknya kepada kami.

Kami segera membangunkan teman kami yang lainnya yang tengah asyiknya menikmati mimpi demi mimpinya yang tumbuh begitu suburnya bermunculan karena hembusan demi hembusan angin pantai yang sejuk.

Setelah selesai membereskan barang demi barang, kami pun segera bergegas berpindah dikarenakan suasana yang semakin berubah menjadi gelap.

Keputusan untuk berpindah tempat menginap merupakan tindakan yang sangat tepat, karena cahaya yang lebih terang sangat membantu kami untuk melewati malam yang cukup gelap. Rasa penasaran Areski nampaknya belum berakhir, cukup lama ia menghabiskan waktu untuk berselancar di internet demi mencari informasi untuk membuktikan bahwa cerita yang bapak misterius itu ucapkan tidak benar, situs demi situs ia buka hingga ia menemukan informasi yang menjelaskan bahwa cerita horor itu merupakan kesalahpahaman masyarakat saja atau dapat dikatakan bahwa merupakan sebuah cerita yang sengaja dikarang dengan maksud tertentu.

Areski nampak terlihat lebih rileks dan tenang setelah membaca informasi tersebut namun tetap saja cukup segan untuk berpergian sendirian.

Malam hari berlalu tanpa sesuatu hal pun yang mencurigakan seperti yang diceritakan oleh bapak yang sangat misterius itu, tak ada satupun suara yang aneh terdengar apalagi sosok demi sosok abstral yang mungkin berterbangan terlihat dimalam ini, karena aku sendiripun tidur sangat larut saat itu.

Saat pagi tiba, aktivitas berlibur berjalan normal saja nampak kami seperti tidak mengalami sesuatu hal yang aneh, seolah-olah kami tidak pernah mendengar cerita aneh dan seram dari orang misterius itu.

Tetapi selang beberapa saat sang bapak misterius kembali menghampiri tempat kami, “untung saja kita pindah dari belakang sana kesini, kalau tidak bisa kacau tadi malam” ucapnya secara tiba-tiba dengan raut muka yang menyeramkan dan suara serak. “Iya” jawab kami. Bapak tersebut langsung pergi setelah mengucapkan kata demi kata tersebut, seperti rentetan terror yang masih terus dilontarkan kepada kami semua.

“Loh bapak itu kok masih disini, kirain dia sudah pergi dari pulau ini tadi malam, kan dia ngajak kita pergi semalam” ucapku secara spontan, akibat kejadian itu hal tersebut terus menjadi candaan kami dengan menyebut sang penjaga pulau yang misterius. Sang bapak nampaknya sedang mengalami gangguan psikologi yang membuat dia seolah-olah ketakutan, kemungkinan tersebut juga dibenarkan oleh Areski yang mempunyai cukup banyak pengetahuan seputar hal yang bersifat klinis.

Pada akhirnya misteri yang disebarkan itu tidak terbukti sedikitpun disaat itu, dan semoga saja memang tidak benar adanya, karena jika cerita ini terus beredar akan mengurangi potensi kunjungan kepulau ini oleh wisatawan yang ingin berlibur.

Post a Comment

13 Comments

  1. Hahahaha ikut deg-deg a ah saya. Tapi menarik juga ya liburan dan bermalam di tepi pantai seru asal bukan pantai yg angker ya.

    ReplyDelete
  2. hahaha, iya menarik banget, pantes dicoba lah

    ReplyDelete
  3. Liburannya tambah seru ya sepertinya kalau ada bumbu angkernya, he,he,he,

    ReplyDelete
    Replies
    1. hihi, kaya rasa permen nano nano, ngga karuan rasanya pas disana

      Delete
  4. Kirain beneran Pulau Karya angker mas 🤦🏻‍♀️. Terima kasih sharingnya 😊

    ReplyDelete
  5. Replies
    1. makasih, masih perlu banyak belajar cara menyampaikannya cerita yg baik

      Delete