Janji Manismu


Kesederhanaan yang dilekatkan padamu waktu itu.
Rasa kepedulian yang kau ungkapkan dengan menyapa setiap insan secara langsung dan terus menerus.
Nampaknya telah menutup pemikiran orang banyak saat itu.

Meskipun rasanya tetap tak mungkin engkau dipercayai untuk mengemban tugas besar itu.

Kau berikan harapan-harapan yang menyasar kalangan kurang berpendidikan yang jumlah memang sangat banyak ini.
Dan akhirnya kau dapatkan apa yang kau perjuangkan entah dengan cara apa yang kau lakukan.

Tapi hanya beberapa saat.
Kau tampar aku dan jutaan orang lainnya dengan sebuah tindakan yang berlawanan dengan ucapan manismu sebelumnya.
Kau lakukan apa yang tak kau janjikan sebelumnya.

Kau kurangi subsidi BBM sehingga kami harus mengeluarkan uang tambahan 2000 untuk setiap liter yang kami beli.
Kau telan air ludahmu sendiri, yang sebelumya keluar dan tumpah dijalanan dengan kalimat menaikan BBM bukanlah agenda kau karena itu menyusahkan rakyat.

Kau kumpulkan sejuta alasan yangmembenarkan tindakanmu.
Kau paparkan nawacitamu sebelumnya, tapi sampai saat ini rasanya tidak ada yang kau tunaikan.

Negeri Maritim yang kau janjikan bahkan tak pernah kau mulai selangkahpun.

Pembantu yang kau hadiahi jabatan tinggi itu sibuk dengan aktivitasnya yang tidak jelas.

Pembantumu itu sibuk menghabiskan APBN negeri ini dengan bom demi bom yang diledakan dilautan dan selalu di klem sebagai langkah besar.
Pujian demi pujian palsu dilontarkan oleh orang-orang yang mempunyai kepentingan.

Pembantumu itu tidak menganalisa dampak kerugiannya yang dihasilkan atau cara agar benda yang diledakan itu bisa lebih bermanfaat untuk ekonomi nelayan kecil.

Kau tutupi rasa-rasa kesengsaraan yang kami rasakan dengan angka-angka statistik yang sangat tidak berguna itu.

Kau manipulasi rasa kemelaratan kami dengan angka yang kau anggap sebagai keberhasilan dalam membawa kami keluar dari jurang yang diberi nama kemiskinan.
Angka itu tidak pernah mengubah apa yang kami rasakan sedikitpun.

Kau beri kami standar bukan orang miskin dengan standar yang abal-abal.
Bahkan dengan standar itu kami dapat menjadi kaya dan miskin hanya dalam setiap hari.

Hampir setiap lembaga pembantumu mengukur standarnya masing-masing.
kau tak mampu menyatukan lembaga-lembaga negara ini.

Kau bahkan tak mampu untuk mencapai angka 7 yang kau janjikan.
Sebuah buku menjelaskan kepadaku bahwa Negara maritim yang kau janjikan hanya bualan semata.

Selain tak pernah kunjung kau mulai, negeri ini justru mengimpor ikan yang selama ini tidak pernah dilakukan.*
Ekonomi kemaritiman yang kau sebut bahkan tidak pernah kau mengerti sedikitpun.

Mungkin hanya revolusi mental yang menunjukan keberhasilan signifikan
Tapi itu pun hasil yang negative.

Bagaimana aku menilainya begitu?

Kau sendiri yang bilang, bahkan yang kau tanda tangani pun dengan mudahnya kau sebut tidak kau baca lebih dahulu sehingga kau tidak tau isinya.

Sungguh keterlaluan, bagaimana jika yang kau tanda tangani adalah surat penjualan Negara ini.

Apa hanya itu saja dasar penilaianku, tentu saja tidak?.

Keamanan dan ketentraman Negara dirusak oleh pembantu-pembantumu dengan ucapan yang meresakan.
Tetapi kenapa mereka tidak diberhentikan dan ditangkap atas dasar menebar keresahan kepada seluruh penduduk negeri.

Bukankah selama ini orang-orang yang meresakan selalu di sikapi dengan cukup tegas katanya.

Telur mahal akibat piala dunia, cabai mahal baiknya rakyat tanam sendiri, beras habis bagusnya makan tiwul saja.
Itulah beberapa dan masih banyak ucapan yang tidak pantas keluar dan sangat meresakan dari mulut para pembantumu, dan bahkan
Kau tebarkan isu pancasilais dan tidak pancasilais yang sebelumnya tidak pernah ada yang bermasalah.

Kau berhutang lebih banyak lagi dengan berbagai alasan.
Kau bagun jalan-jalan yang tidak bermanfaat dibandingkan mengembangkan ekonomi rakyat.
Kau tutupi kegagalan demi kegagalan dengan pembagunan bangunan demi bangunan yang belum dibutuhkan.

Bahkan aku tak mengerti apa nawacita yang telah kau tunaikan.
Kini orang berbalik menghujatmu karna tindakanmu sendiri.

Kini kami muak dengan janji manismu dan tak mempercayai lagi apa yang dikabarkan oleh berbagai media negeri ini.
Ku katakan sudah cukup, cukup sudah.

*Dahuri, Rokhmin. 2017. menuju indonesia sebagai poros maritim dunia. Bogor: Roda Bahari. hal 289

#TantanganODOP6 #onedayonepost #odopbatch6 #fiksi #puisi

Post a Comment

4 Comments