Pengendalian Pencemaran Air melalui Tehnik Bioremediasi dan Nilai Potensi Ekonominya

Masalah merupakan suatu kondisi yang bisa mendatangkan nilai positif dan negatif terhadap suatu Negara. Bahkan apabila sebuah Negara dapat mengatasi sebuah masalah dengan baik dan tepat, maka masalah tersebut dapat mendatangkan keuntungan bagi mereka. 

Bagaimana hal tersebut bisa terjadi? Secara mendasar kita harus memahami bahwa hampir seluruh Negara didunia mempunyai masalah yang relatif sama. Jika suatu Negara berhasil mengatasi masalah yang di hadapi, maka biasanya mereka akan diminta bantuannya oleh Negara lainnya yang mempunyai masalah serupa. Kondisi tersebut dapat memunculkan terciptanya industry dan lowongan pekerjaan, serta menjadi sumber devisa Negara melalui berbagai transaksi kegiatan tersebut.

Negara Indonesia sendiri dapat disebut Negara maritim meskipun sampai saat ini hanya berkutat diseputar perikanan tangkap dan beberapa lainnya yang tidak juga maksimal. Sebutan tersebut setidaknya mempunyai landasan yang cukup kuat untuk disematkan. Dengan fakta luas wilayah laut lebih besar dibandingkan wilayah darat. Sekitar 75 % wilayah Negara Indonesia atau 5,8 juta kilometer persegi berupa laut.

Kondisi tersebut menjadikan Indonesia menyandang gelar sebagai Negara pemilik garis pantai terpanjang ke dua di dunia setelah Kanada, sekitar 95.200 Kilometer. Serta tidak melupakan sejarah masa lalu sebagai negeri kerajaan dengan kejayaan armada laut yang tidak terbantahkan.

Padatnya aktivitas produksi untuk memenuhi kebutuhan bisnis dan kehidupan penduduknya yang berjumlah lebih dari 250 juta jiwa. Membuat Negara dengan jumlah penduduk terbesar ke empat di dunia ini, menghadapi permasalahan pencemaran air yang sangat serius.

Pencemaran air baik sungai dan laut yang diakibatkan oleh pola hidup yang kurang baik masyarakat, mereka membuang limbah rumah tangga secara langsung atau di alirkan ke sungai melalui parit. Namun kita tidak dapat menyalahkan masyarakat biasa secara utuh, di sisi lain ini merupakan kegagalan pemerintah. Mereka gagal dalam menyiapkan fasilitas pengelolaan limbah cair untuk dimanfaafkan masyarakat.

Penyebab pencemaran kedua adalah prilaku perusahaan yang tidak mau mengikuti mekanisme pengolahan limbah dari pemerintah. Mereka cenderung bertindak nakal demi memperoleh keuntungan lebih besar dengan membuang limbah secara langsung ke sungai dan laut, tanpa mengolahnya terlebih dahulu.

Selanjutnya pencemaran air dapat terjadi akibat kesalahan manusia dalam melakukan perjaan dan akibat bencana alam. Contoh kasus pencemaran air yang paling baru seperti yang terjadi di teluk Balikpapan. Dimana tumpahan minyak mencemari air laut dengan tingkat pencemaran yang sangat luar biasa. 

Bahkan walhi menyatakan bahwa pencemaran tersebut masuk dalam katagori pencemaran berat (BBC Indonesia. 3 April 2018). Bahkan tumpahan minyak sempat terbakar dan mengakibatkan pencemaran tambahan yakni polusi udara.

Ada banyak teknik untuk mengendalikan pencemaran. Menghilangkan tanpa menghasilkan dampak lainnya. Dari beberapa teknik pengendalian pencemaran air yang lazim digunakan, seperti secara Kimiawi. Teknik ini memanfaatkan dispersan untuk ditaburkan diatas permukaan laut. Selain itu dapat menggunakan teknik secara mekanis dengan memanfaatkan oil boom dan oil skimmer.

Namun dari beberapa teknik tersebut teknik bioremediasi merupakan salah satu teknik yang lebih layak dimanfaatkan. Meskipun teknik ini baru digunakan sejak 10 tahun terakhir tetapi merupakan sebuah solusi yang sangat tepat, karena lebih aman, ramah lingkungan dan hampir tidak menimbulkan efek samping.

Teknik bioremediasi merupakan sebuah teknik pengendalian pencemaran air yang memanfaatkan mikroba sebagai pengurai, misalnya  minyak mentah (crude oil) dapat didegradasi oleh mikroba indigenus. Bahkan beberapa mikroba tertentu memiliki kemampuan untuk memanfaatkan hidrokarbon sebagai sumber karbon dan energy untuk kehidupan mereka.

Teknik ini jauh lebih maksimal dan mempunyai dampak besar secara ekonomi. Sebagai contoh Inggris telah menikmati devisa dari aktivitas industry bioremediasi dengan nilai ekspor sekitar UU$ 2 milyar/tahun. Lebih lanjut sebuah perusahaan bernama showa-shell-petrol berhasil mengembangkan teknik pembuatan nutrient. 

Nutrient tersebut dimanfaatkan sebagai media berkembangbiaknya mikroorganisme yang dapat menguraikan minyak bumi. Serta teknik tersebut telah mendapatkan hak paten di Jepang.

Lalu bagaimana dengan Indonesia yang menyandang predikat pemilik lautan terbesar kedua di dunia yang tercermin melalui garis pantainya yang sangat panjang. Jika pemerintah sungguh berniat melakukan pengembangan ekonomi kemaritimin, tetapi bukan hanya pada tataran konsep dan orasi yang selalu dijadikan sebagai alat kampanye saja, harus lebih nyata tindakan dan kebijakan yang diambil. 

Tentu saja Indonesia mempunyai potensi yang luar biasa untuk menjadi Negara adidaya. Terutama dalam industri Bioremediasi, karena dari banyak jenis mikroorganisme yang dapat mendegradasi minyak bumi yakni Aerobacter simplex hidup di Indonesia.

Post a Comment

1 Comments

  1. Sangat membuka pandangan sekali! Terimakasih banyak untuk artikelnya yang sangat informatif

    ReplyDelete