Mengapa Kalian Telanjang?


Siapa yang tidak tertarik untuk mengunjungi Jakarta, Sebuah kota yang mempunyai sejuta hal unik untuk dinikmati. Meskipun ada begitu banyak permasalahan kehidupan yang kian pelik, tidak juga mengurangi daya tariknya. Gedung-gedung tinggi yang modern dan menggunakan teknologi canggih tentu menjadi faktor utama yang ingin dinikmati oleh setiap orang. Merasakan atmosfir layaknya kota-kota besar metropolitanmet berbagai belahan benua.

Ditambah lagi gemerlap dunia malam turut menjadi buruan setiap orang yang datang ke kota ini. Transportasi umum yang nyaris terkoneksi sempurna ke berbagai penjuru daerah semakin menambah kenyaman kala berkunjung.

Monumen-monumen bersejarah dan unik yang bernilai tak terhingga berdiri kokoh di banyak lokasi ibu kota. Baik hasil peninggalan zaman penjajahan atau karya anak bangsa setelah merdeka di atas kaki sendiri. Benda-benda tersebut masih dapat dinikmati keindahannya dengan kondisi yang cukup terawat.

Berbagai patung berdiri menjulang tinggi mencakar langit menjadi icon kota, dan menjadi sumber pendapatan tambahan bagi pemerintah serta rakyatnya. Tidak mungkin rasanya setiap orang melupa benda-benda unik tersebut. Mereka berbondong-bondong dari berbagai penjuru daerah mengunjungi setiap tempat tersebut. Dapat di pastikan mereka mengenali setiap patung-patung di Jakarta dengan cukup baik.


Mulai dari patung jendral Sudirman yang fenomenal dan iconic. Patung kuda yang tepat berada di depan Monumen Nasional, hingga Patung Tani yang terletak di kawasan super elit Menteng. Tetapi rasanya mereka tidak pernah belajar pelajaran tata busana dengan baik. Karna beberapa di antara mereka berpakaian sangat minim. 

Minim hanya dengan selembar kain sebagai celana mereka. Bingung? tentu saja. Mengapa mereka nyaris telanjang?

Karya seni macam apa? Ada misi apakah di setiap lekuk patung telanjang itu. Otak yaris membeku mencari jawaban atas semua itu. Patung Pemuda, Patung pancoran, hingga patung pembebasan Irian Jaya mereka bertelanjang.

Mengapa mereka dibuat seperti itu. Apakah yang menjadi tujuan. Berfikir keraspun tidak akan menghasilkan jawaban. Hanya prihatin yang terus bermunculan.

Post a Comment

1 Comments