Surat sahabat di rantau

Jakarta, 17 Mei 2003

Apa kabar, sobat?  Semoga kamu, orang tuamu, dan juga istrimu senantiasa sehat.

Oh iya, bagaimana kabar kebunmu, pasti tanamannya sudah mulai berbuah ya. Aku masih ingat saat aku membantumu menanamnya sebelum datang ke Jakarta. Ternyata kota Jakarta sangat besar dan maju, di luar dugaanku. Selama di kereta, aku berusaha untuk bersikap seperti orang yang tidak kebingunan. Sebab katanya jika terlalu mencolok, kita akan mudah di palak oleh preman dan sebagainya.

Beruntung aku mendapatkan teman satu bangku yang juga pernah mengalami keadaan sepertiku. Dia bersedia memberikan tumpangan padaku, meskipun sejak awal aku trus berhati-hati. Tetapi kondisi yang sudah sangat larut malam membuatku terpaksa menerima tawarannya. Itu jauh lebih baik dari pada harus menggelandang di stasiun, dan lagi pula aku belum punya tujuan.

Dia bersedia memberikan aku tumpangan selagi belum mendapatkan kost. Besok aku akan segera mencari tempat kost yang murah, yang penting aku tidak menggelandang.  Ternyata disini harga sewanya mahal-mahal, ini jauh lebih mahal dibandingkan di kampung kita.

Sudah dulu ya, nanti akan aku kirim surat lagi setelah mendapatkan kost yang murah.

Salam hangat dari Jakarta.
Semoga panen kebun milikmu hasilnya memuaskan ya.

Poniran

Post a Comment

0 Comments