Tepian Ciliwung

"Saya bisa menghidupi diri hanya dengan Menganggur.... sehingga saya tidak pernah mengeluh dengan Pekerjaan, tidak seperti anda, setiap hari mengeluhkan pekerjaan yang seharusnya disyukuri" lelaki itu berkata sambil menatap tajam ke arahku.

Lalu perempuan didepanya meneteskan air mata.  Entah air mata kesedihan atau penyesalan? Karena perkiraanya laki-laki didepannya Itu mengatakan kata-kata salah.

Sementara di sisi kanannya. Tukang bakso tetap terlihat sibuk melayani para pembeli, seolah tidak menyaksikan peristiwa tersebut.

"Sudah, jangan mewek! Aku mengajakmu hidup berumah tangga, bukan hanya untuk menyaksikanmu menjadi lemah. Kita ini pasangan literaat sayang. Setiap saat, kita menuliskan kesedihan dan air mata... jangan menumpahkannya!" seru suamiku, sambil mencoba memahamkanku dengan elusan lembutnya di rambutku.

Lelaki brewok itu memandang sesaat pada Kang Bakso tengil itu, lalu dengan tiba-tiba mendorong gerobaknya sekuat tenaga. Gerobak bakso itu terguling, hancur berkeping-keping berantakan menggelinding di tepian Kali Ciliwung.

Suasana mendadak heboh dengan aksi pria brewok itu. Tukang bakso  termangu sejenak, seolah tidak percaya dengan tindakan nekat pria itu. Hingga akhirnya dia meraih kerah baju pria brewok dan menghujamkan dengan cepat tangan kanannya yang terkepal tepat ke pipih kiri.

Tukang Bakso terkejut, pukulan telaknya tidak berimbas apapun pada lelaki itu. Malah sekarang, lelaki itu meraih kerah baju penjual bakso. Mengangkatnya ke atas, sehingga sejajar muka mereka satu dengan lainnya. Tanpa disangka, laki-laki brewok itu meludahi wajah tukang bakso tiga kali. 

Lalu dengan sekuat tenaga, dia melemparkan tubuh lelaki kerempeng itu ke dalam arus deras kali Ciliwung. Dia hanyut.

Mendadak istrinya bersuara setelah menyaksikan kejadian itu "Kamu jahat,  padahal aku berharap dibelikan bakso Itu sebelum mendorongnya ke sungai!  KAMU TIDAK PEKA! ".

"Bakso itu mengandung borak, sayang! dan lagi, lihat penampilan penjualnya. Dekil, dan lusuh, apa mau kamu makan dari pedagang semacam itu? Bukannya aku tidak peka, tapi karena aku sangat menyayangimu!".

"Aku tidak mau kamu sakit perut, setelah menyantap bakso yang tidak higenis itu. Nanti, diujung jalan itu ada kedai bakso Mbah Dyah. Bakso Pracimantoro yang terkenal, karena memakai daging Kucing dan Tikus pilihan." bujuk pria brewok kepada istrinya.

"Apa??  Mas kamu beri Aku bakso daging tikus? Kamu tidak lebih dari suami yang tidak punya hati!" jawab istrinya dengan nada keras dan perasaan sangat terkejut.

"Kenapa baru sekarang kamu protes? Bukannya setiap pulang kerja aku selalu membawakanmu bakso itu? Terus terang aku bosan dengan masakanmu di rumah! Kalau tidak oseng-oseng Jangkrik, pepes Tokek, rica-rica Kodok Buduk, aku pingin Sate Dinosaurus tau!" pria brewok itu membela diri dengan seolah-olah sudah biasa melakukannya.

"Suamiku..kaaaamu?" Istrinya semakin tidak percaya dengan jawaban enteng suaminya itu. Ternyata selama ini dia ditipu oleh suaminya dengan bakso berdaging tikus. Wajahnya memerah padam dengan kenyataan tersebut.

Lalu pria brewok itu pergi meninggalkan istrinya yang tengah marah besar. Dan berlari menerobos heningnya malam untuk mencari sosok penjual bakso tengil yang ia dorong ke dalam sungai Ciliwung . Tetapi sayangnya dia tidak dapat menemukannya lagi. Tukang bakso naas itu telah hanyut bersama arus air entah kemana.





* Cerpen Kolaborasi Muhammad Ali Asetiah, pak Winarto, dan ibu Amieopee

Post a Comment

1 Comments

  1. gokil sangat... tp perlu revisi itu biar gak ruwet penokohan dan pemakaian.POV1 nya...

    ReplyDelete