Hemat bukan Pelit



Dua kata ini selalu di kaitkan dan bahkan di anggap sebagai sinonim satu sama lainnya. Asumsi ini hadir dari semua kalangan tidak terkecuali, jauh dari sejak lama.

Jangan jadi orang pelit atau peli sekali orang itu. Kalimat tersebut akan meluncur tanpa halangan layaknya kendaraan di jalan tol, menghujam menghakimi kita semua sebagai objeknya.

Misalnya saja, saat kita melakukan tawar menawar saat membeli barang. Rasanya akan muncul pemakluman saat pelakunya adalah orang yang miskin. Tetapi tidak jika ia adalah yang cukup mampu finansialnya, apalagi orang kaya raya.

Seperti yang juga terjadi pada salah seorang sahabat Rasulullah S.A.W. Pada zamannya, salah satu sahabat Nabi yang kaya selalu melakukan tawar menawar setiap saat ia hendak membeli barang di pasar. Hal tersebut tentu saja memancing rasa penasaran masyarakat. Bagaimana seorang sahabat nabi yang mulia ahlaknya lagi kaya raya terus-menerus menawar, dan tak jarang hingga perdebatan yang sengit.

Seseorang yang melihat satu kesempatan tersebut, merasa sangat penasaran dan memutuskan untuk mengikuti sahabat tersebut secara diam-diam. Ia terus mengikuti sahabat nabi tersebut. Hingga dirinya mendapati sahabat tersebut menemui seorang pengemis, dan bersedekah dalam jumlah yang banyak kepadanya.

Ia sangat terkejut melihat kejadian tersebut. Sebelumnya sahabat tersebut menawar bahkan berdebat sengit dengan penjual agar mendapatkan barang dengan harga semurah mungkin, tetapi sekarang malah bersedekah dengan jumlah yang sangat luar biasa.

Maka ia mendekati pengemis tersebut dan bertanya "Apakah gerangan yang di lakukan sahabat tersebut?". Pengemis tersebut menceritakan bahwa beliau selalu memberikan sedekah secara rutin, bahkan sampai satu batang emas setiap hari.

Mendengar hal tersebut ia mendatangi dan bertanya, mengapa sahabat tersebut melakukannya. "Untuk bersedekah maka tidak ada batasan, dan bahkan harus sebanyak mungkin" jawab beliau.

Kejadian tersebut seoalah menjelaskan kepada kita. Jika kita bisa memaksilkan pengeluaran kita menjadi serendah mungkin, maka uang yang berhasil di hemat tersebut bisa dimanfaatkan untuk hal yang lebih bermanfaat.

Misalnya saja, kita biasa membeli ayam geprek di sebuah restoran atau mall seharga 60 ribu. Sedangkan bisa kita beli di warung makan biasa seharga 15 ribu dengan kualitas dan rasa yang sama saja. Maka dengan membeli yang harganya lebih murah maka kita telah berhemat.


Post a Comment

3 Comments

  1. Siapa sahabat nabi itu? Belum pernah dengar kisahnya. Mau kubaca shirohnya .

    ReplyDelete
    Replies
    1. saya ingat2 dulu ya, lupa soalnya, makanya di tulis begitu.


      ini ilmunya dapet pas nyimak bedah buku Al lama'mat karya Badiuzaman Said Nursi di IBF kemarin

      Delete
  2. permisi ya
    mau numpang promosi bo kelinci99
    menyediakan 18 live game dan 4 pasaran togel ya bos
    untuk Diskon 2D: 29%, 3D: 59%, dan 4D: 66%
    Hadiah 4D x 3000, 3D x 400, 2D x 70, 2D Depan&Tengah x 65
    pelayanan yang cepat dan ramah
    untuk cashback kami berikan sebesar 5% untuk permainan live casino ya bos
    silahkan kunjungi www.kelinci99.casino ya
    BBM : 2B1E7B84

    ReplyDelete