Jodohku. Bagian keempat



Lumayan enak rasanya tidur di pinggir jalan, sedikit menguji nyali. Setelah langit mulai perlahan membiru, Bising juga mulai berhamburan di antara partikel udara secara perlahan, menerobos sunyi sedari malam tadi.


Kami baru mendapat jemputan dari saudara temanku. Legah, pada akhirnya bisa beristirahat lebih nyaman sejenak. Meletakan barang-barang yang kami bawa di gubuknya, tempat yang menjadi peraduannya setelah mendapat lelah yang cukup dari aktivitas kuliah. Kami melanjutkan aktivitas pribadi, melanjutkan istirahat sejenak, mandi, serta menunggu kedatangan satu rekan kami lagi yang dal perjalanan.

Saat matahari memuncak tepat segaris lurus diatas kepala, teman kami baru saja tiba di tujuan. Beristirahat sejenak, sambil berdiskusi ringan mengenai rencana perjalan hari itu. Bertanya kesana kemari, mengirim sms, menelpon senior SMA yang sudah lebih dahulu berstatus mahasiswa.

Secara tidak sengaja, salah satu senior kami, kontrakan tempatnya tinggal terletak tidak jauh dari rumah saudara temanku. Kami memutuskan pada untuk menginap di tempatnya, pada hari selanjutnya.

Kami sudah sangat siap untuk mengikuti seleksi beastudi IPB. Namun sayangnya kami melupakan alamat seketariat seleksi, sehingga penyerahan berkas mungkin tiak dapat dilakukan. Tetapi kami hanya mengingat lembaga pemberi beastudi saja.

Kami memutuskan untuk menelepon guru di sekolah, menanyakan alamat lokasi. Ternyata alamat yang kami dapatkan adalah alamat kampus IPB di Bogor, nampaknya kami dikira berada di bogor oleh guru kami. Segera kami mengkonfirmasi dengan meminta alamat seketariat palembang, namun sayangnya mereka juga tidak ingat.

Bingung? jelas sekali, kami kehilangan arah dan terancam tidak dapat mengikuti seleski. Setelah berfikir sejenak akhirnya kami memutuskan untuk mencari alamatnya, dengan cara bertanya tentang lembaga pemberi beastudi. Akhirnya kami menuju ke Jl. Basuki Rahmat, setelah bertanya kepada senior kami. Besar dan megah, salah satu gedung unit bisnis perusahaan tersebut, kami segera masuk dan bertanya kepada satpam. Apakah disana seketariat seleksi beastudi yang di tawarkan.

Satpam tersebut menggaruk-garuk kepalanya, kebingungan, setelah mendengar penjelasan kami "Sebentar saya tanya dulu ya!" jawabnya. Terjadi diskusi cukup serius antara satpam dan karyawan perusahaan tersebut. Kami diminta menunggu terlebih dahulu, sembari staff tersebut mengkonfirmasi ke kantor pusat.

Akhirnya kami mendapat alamat tempat seleksi, dengan bantuan karyawan tersebut. Lelah, betul sekali, setelah kami tersesat, akibat salah naik mobil di hari sebelumnya. Kami juga salah tempat turun pada hari itu, yang mengharuskan bertanya kepada tukang ojek pengkolan. Ia menyatakan tau lokasi unit bisnis perusahaan tersebut, dan kami bersepakat menumpak ojeknya.

Lumayan mahal, tetapi demi sampai di tujuan tidak masalah bagi kami sedikit berkorban uang. Kami melewati beberapa kolam retensi di daerah tersebut, sangat jauh sekali, berputar-putar hingga sampai di tujuan. Setelah beberapa hari di kota Palembang, baru kami tau, bahwah lokasi ojek pangkalan dan lokasi tujuan kami sangat dekat. Rasanya seperti di tipu, tukang ojek tersebut membawa kami berputar-putar, hingga jarak tempuh terasa jauh.

Namun tantangan belumlah usai, ternyata lokasi seketariat berada di kabupaten banyuasin. Sekitar 2 hingga 3 jam menumpang mobil untuk kesana. Matahari semakin terik, terjadi perdebatan di antara kami, apakah akan pergi atau tidak. Aku berada paling depan dan paling mengotot untuk tetap berangkat.

Hari itu adalah hari terakhir penyerahan berkas seleksi, dan dengan asumsi logis, kami sebenarnya tidak dapat menyerahkan persyaratan administrasi.  Sebab saat kami sampai ke lokasi, seketariat sudah tutup. Perdebatan makin memanas diantara kami, satu orang teman memutuskan tidak bernagkat, sedangkan yang lain tidak punya keputusan jelas.

Kami segera menelepon kantor seketariat, dan menjelaskan dengan lengkap apa yang kami alami. Memohon agar panitia seleksi bersedia menunggu kami, yang akan segera menuju kesana. Akhirnya panitia bersedia menunggu kami untuk menyerahkan berkas dengan batas waktu.

Namun sayangnya kami pada akhirnya gagal untuk menyerahkan berkas. Selama tiga hari kami berkeliling kota Palembang, dengan hanya mengenakan seragam sekolah yang sama. Untungnya seragam yang kami kenakan berwarna gelap, sehingga tidak terlalu nampak kotor setelah di pakai berkeliling kota.

Lelah dan kecewa menghinggapi kami. Kami akhirnya memutuskan untuk pergi ke bawah proyek, sebutan bagian bawah jembatan Ampera. Kami menghabiskan sisa senja hari itu, dengan menimati lezatnya pempek di bawah jembatan Ampera, dan di tepian sungai Musi, sembari melihat ramainya pengunjung yang sedang berburu pakaian bekas.

Di proyek, jika sore tiba akan menjadi lapak pedagang. Mulai dari pedangan makanan, hingga pedagang pakaian bekas. Semua jenis pakaian ada, merek luar negeri dan lokal. Kita hanya memerlukan sedikit kesabaran dan waktu untuk mencari pakaian yang benar-benar masih bagus. Tidak jarang mendapatkan merek terkenal.

Kegagalan dalam seleksi beastudi IPB ini, menjadi akhir perjuangan, untuk melanjutkan studi di tanah Jawa melalui jalur non seleksi Nasional. Tetapi aku tak putus arah, masih ada jalur seleksi terbuka nasional yang akan di helat besar-besaran




mbung ke bagian 5

Post a Comment

0 Comments