Jodohku. Bagian Tiga

Mobil travel yang kami tumpangi menepi, tepat di depan sebuah kampus swasta terkenal di palembang. Saat masih di perjalanan temanku mendapat sebuah sms, dari saudaranya, berisi sebuah petunjuk arah menuju kost kakaknya. 

"Maaf nomor yang anda hubungi tidak menjawab" berulang-ulang terdengar dari speaker gawai temanku. Nampaknya sepupunya sudah damai mengaruhi bahtera alam mimpi. Bingung dengan situasi itu? Tentu saja kami bingung bukan kepalang, pertama kali menginjakan kaki di kota besar tanpa pengalaman sedikitpun.

Menulusuri alamat? Ini termasuk yang kami takuti, bisa jadi kami di anggap pencuri atau sebagainya, akibat mondar-mandir mencari alamat. Selain itu, daerah tersebut adalah wilayah yang sangat terkenal sebagai rawan kejahatan.

Hari semakin malam, kami masih beristirahat di pinggir jalan. Akhirnya kami memutuskan untuk menelusuri alamat sepupunya. Dari satu gang ke gang, rumah demi rumah kami amati dengan seksama untuk mencocokan alamat tersebut. Selain resah bahwa keadaan malam yang belum pasti aman, kami juga bermaksud menghabiskan malam dan berharap pagi segera menyapa.

Namun alamat yang di cari tak kunjung terlihat, setelah sekitar satu jam. Akhirnya kami memutuskan untuk mencari masjid terdekat untuk bermalam, pasti akan jauh lebih aman. Hingga kami menemukan sebuah masjid, tetapi semua lampu di dalamnya padam, gelap gulita. Kami segera mencari pintu masuk, setelah memeriksa hampir kesemua bagian masjid. 

Kami sudah berada didalamnya, menyalakan beberapa lampu. "Cari apa dek?" Suara itu muncul secara mendadak dari depan pintu. Niat untuk menumpang bermalam beserta alasan yang kami sampaikan, tidak mampu menggugah hati pria penjaga masjid itu. Justru kami diusir dan tidak di perbolehkan menginap, bahkan dia mengatakan dengan jelas,  dengan alasan takut karena sering terjadi pencurian akhir-akhir ini. Seolah-olah ia sedang menuduh kami sebagai pencuri yang sedang sedang menjalankan modus operandinya.

Dengan sangat berat hati, kami pergi meinggalkan masjid itu. Tidak ada tujuan, Kebingungan, dan  semua telepon genggam kami habis batere. Keadaan tersebut memaksa kami untuk kembali kepinggir jalan, dimana kami pertama kali menepi dari mobil. Setelah sampai di pinggir jalan kami mencari stop kontak,  agar dapat mengisi batere telepon. Sebuah terminal kami temukan di atas pohon, nampaknya bekas pedagang-pedagang di pinggir jalan.

Semua tas kami letakan di atas pohon, agar tidak nampak seperti pendatang. Kaki lelah, mata memerah, mengantuk berat, tidak dapat ditahan lebih lama. Aku mengingatkan temanku untuk berjaga terlebih dahulu, sementara diriku tidur sejenak. Namun keadaan memaksa aku tidak dapat membuka mata setelag terpejam, mengantuk sekali. Tetapi temanku tidak terjaga, justru ikut tertidur hingga pagi.

Saat azan subuh kami terbangun, dan baru tersadar bahwa malam telah kami habiskan di pinggir jalan, tepat di sebelah selokan. Saat terbangun, kami langsung bergegas memastikan telepon dan semua barang bawaan. Alhamdulillah semuanya masih utuh dan tidak berpindah tempat. Malam pertama menginap di pinggir jalan tepat di sebelah selokan.


bersambung ke bagian 4

Post a Comment

0 Comments