Jodohku. bagian kedua

Selain di bidang akademik dan olahraga, aku juga sempat mewakili sekolah dalam bidang speech. Pada kompetisi speech dan olimpiade tingkat kabupaten, dan salah satunya berbuah piala pertama.  Lebih jauh aku juga sering menjadi speaker di ekskul yang aku pimpin. Sebuah bakat alami menurutku.

Closer

Keinginan tersebut terasa semakin dekat, saat di semester II tingkat akhir. Aku menjadi salah satu siswa yang mendapatkan kesempatan seleksi mahasiswa baru melalui jalur undangan pada kampus-kampus besar. Beberapa diantaranya adalah UNPAD dan UNSOED. Sayangnya aku tidak dapat mengikuti seleksi kedua kampus besar tersebut, karena terlambatan penyelesaian persyaratan. Sangat disesalkan bahkan untuk administrasipun terpaksa gagal. 

Sayangnya, saat itu aku juga kurang mendapat dukungan dari orang tua untuk melanjutkan pendidikan di tanah Jawa. Mereka berpandangan bahwa jaraknya terlalu jauh dari kampung halaman. Tetapi aku berusaha dengan sekuat mungkin untuk membujuk mereka, agar memberikan izin, namun tetap saja cukup sulit.

Keringat untuk IPB

Dengan berbagai upaya membujuk orang tuaku, baik melalui kakak atau yang lainnya.  Mungkin juga mereka berniat menghilangkan rasa penasaran yang aku miliki. Akhirnya aku mendapatkan dukungan meskipun tidak penuh, dan itu cukup bagiku untuk terus melangkah mencoba proses seleksi penerimaan mahasiswa baru.

Setelah banyak kegagalan yang aku alami. IPB menjadi titik terakhir usahaku dalam jalur undangan dan non seleksi nasional. Saat itu guru di sekolahku menempelkan poster seleksi beasiswa studi di IPB melalui jalur test khusus. Beastudi yang di tawarkan oleh salah satu perusahaan swasta multi nasional besar Indonesia.

Beasiswa yang ditawarkan adalah beastudi pada program studi D3 Perkebunan Kelapa Sawit, dengan tunjangan penuh seluruh kebutuhan selama studi. Setelah lulus kuliah. Perusahaan tersebut akan langsung merekrut mahasiwa penerima beastudi menjadi karyawan, dengan jabatan kepala perkebunan dan ikatan dinas selama 5 tahun, cukup prestisius bukan?

Hanya 3 orang saja dari sekolahku yang mengikuti seleksi ini. Semua berkas keperluan administrasi kali ini berhasil di siapkan secara lengkap. Mental dan pengetahuan juga tidak luput dari persiapan kami masing-masing. 

Perjalanan panjang mengikuti seleksi beastudi ini, tidak akan pernah terlupakan sepanjang hidup. Ada banyak cerita cukup menyedihkan. 

Setelah semuanya siap, aku dan teman-teman yang akan mengikuti seleksi, bertemu di sekolah untuk berdiskusi waktu keberangkatan. Sayangnya kesepakatan yang kami capai belum sepenuhnya bulat.

Akhirnya suatu sore setelah bekomunikasi intens, dan juga telah memastikan travel. Akhirnya aku dan satu teman memutuskan untuk berangkat menuju kota palembang sore itu juga, sekitar pukul 17.00 wib. Sementara satunya lagi memutuskan akan menyusul keesokan paginya. Awalnya kami di perkirakan akan sampai di tujuan pukul 21.00, dan akan menumpang bermalam di kediaman saudara temanku itu.

Namun, sesuatu hal di luar dugaan terjadi di perjalanan, saat kami tiba di kota sejuta truk, begitu julukan yang berikan banyak orang ke kota Indralaya, Ogan Ilir. Jalanan menjadi macet total, akibat banyaknya truk pengangkut batu bara yang beroperasi.

Sehingga kami baru sampai tujuan pukul 01.00 dini hari, sungguh di luar dugaan. Di saat itulah drama panjang bermula, yang akhirnya diketahui banyak orang termasuk semua guru di sekolah kami. Sebuah titik tolak perjuangan yang sangat membekas.


bersambung ke bagian tiga

Post a Comment

2 Comments