Jodohku

Berambisi? ya kata itu mungkin presepsi negatif yang menggambarkan aku, sedikit tidak enak untuk didengar, tapi begitulah keadaannya. Keinginan kuat untuk menyatu, menjalani hidup bersama dan menjadikannya salah satu bagian bersejarah hidup.

Aku tidak tau mengapa. Hanya niat yang besar, dan keinginan untuk dapat merasakan nikmatnya menimba ilmu di institusi pendidikan tinggi negeri ternama. Dimana lagi selain dipulau dengan penduduk terpadat di negeri ini. 

Mungkin juga karna rasa bosan dan iri dengan kemajuan pendidikan di pulau jawa. Bosan dengan kondisi pendidikan yang jauh tertinggal dengan mereka.

Menurutku, aku sangat pantas untuk mengenakan almamater kampus sekaliber ITB, UGM, UI, IPB, UNPAD, UNSOED. Memang terlihat seperti sedikit mendongakan kepala, tetapi memang tidak ada sedikitpun niat tersebut. Apalagi hanya untuk mendapatkan pujian, yang disebabkan keberhasilan menembus pagar tinggi nan tebal untuk menjadi mahasiswa kampus tersebut. Namun memang aku sangat ingin menjadi mahasiswa kampus-kampus hebat dan besar tersebut.

Lalu, apakah aku pantas? Cukup cerdas untuk belajar disana? Rasanya pencapaianku selama SMA cukup layak,  untuk menjadi alasan mengapa aku cukup pantas untuk mengenakan jaket mahasiswa kampus-kampus besar tersebut. 

Terutama ITB yang sangat aku dambakan. Selama menjadi pelajar SMA raihan nilai dan non akademisku cukup baik. Aku hampir selalu memegang kendali tampuk puncak nilai dan peraihan rangking di sekolahku terutama pada kelas X. Hanya satu orang teman yang selalu menjadi rekan bersaing memperebutkan gelar rangking 1 di kelas.

Sebuah pencapain yang sebenarnya sangat prestisius bagiku dan tidak terduga. Dapat menjadi yang terbaik di kelas di sekolah favorite serta unggulan. Sebelumnya tidak ada niat untuk hal tersebut, hanya tekat dan semangat belajar yang sungguh-sungguh serta giat memang sangat besar saat itu. Mungkin hal tersebut salah satu yang di dapat.

Tidak ada waktu lebih dan luang seperti ketika SMP. Semua waktuku saat SMA rasanya hanya cukup untuk sekolah dan istirahat bahkan di hari libur sekolah. Selain memang SMAku adalah sekolah full day, tidak pernah terfikirkan bermain bersama teman-teman secara berlebihan. Disaat teman-temanku lainnya masih bisa melakukannya. Mereka selalu bisa meluangkan waktu berpergian bersama.

Senin sampai sabtu mulai dari pukul 07.00 WIB hingga 17.00 WIB adalah waktu belajar di sekolah. Sehingga setidaknya aku harus berangkat sekolah paling lambat 06.30 WIB itupun harus ditambah berlari selama perjalanan ke sekolah, jika tidak aku pasti akan terlambat. Ya, selama SMA aku mengandalkan kedua kakiku dan semangat serta tekat utuh hanya untuk belajar, sehingga tidak pernah mempedulikan kata orang. Jarak dari rumah menuju sekolah sekitar 6 KM. Sehingga, setidaknya aku harus menempuh jarak 12 KM dengan berjalan kaki, selama 3 tahun.

Hampir semua teman-temanku menggunakan Sepeda Motor atau  rumah mereka sangat dekat dengan seolah. Tetapi selalu saja ada rezeki, terkadang aku berjumpa teman-teman atau siapapun orang yang berbaik hati memberi tumpangan. Terutama bagi beberapa orang yang sudah sering melihatku berjalan kaki.

Alasan lain bahwa aku layak menyandang predikat mahasiswa ITB, UGM, IPB, UNSOED, UNPAD, dan UI adalah aku tidak pernah bermalas-malasan. Aku selalu aktif bertanya maupun memberi pandangan tambahan di kelas saat diskusi makalah. Serta aktif dalam semua kegiatan ekstrakulikuler, meskipun bersifat wajib, tidak jarang teman-temanku membolos.

Seberapa padat jadwal belajar di sekolahku? Sedikit gambaran buat teman-teman.  Mulai hari kamis sampai sabtu, selepas shalat zuhur adalah waktu untuk kegiatan ekstra sekolah. Sekolahku punya banyak sekali kegiatan, seperti pramuka, paskibraka, voli, basket, bola kaki, imtaq, pencak silat dan semuanya itu bersifat wajib untuk di ikuti. Sedangkan selain itu adalah jadwal belajar formal, seperti Fisika dan sebagainya.

Saat hari libur aku manfaatkan sebaik mungkin. Intensif? ya tentu saja. Tetapi bukan intensif matematika, fisika, ataupun kimia dan sebagainya. Hari minggu adalah hari untuk mengikuti kegiatan ekstra berupa latihan instensif khusus untuk atlet atau calon atlet pencak silat. Jangan bertanya seberapa menyenangkan latihannya. Sesi ini memang di rancang sangat berat dan di khususkan untuk menghasilkan atlet dari sekolah. Setidaknya kita akan merasa mual dan bahkan muntah saat pertama mengikutinya, atau jika beruntung sampai muntah-muntah, serta rasa sakit yang tidak akan hilang selama satu minggu lebih.

Banyak manfaat yang aku dapatkan selama intensif, salah satunya perubahan fisik. Saat SMP tubuhku kecil tetapi berubah menjadi lebih tinggi dengan cepat berkat latihan keras tersebut. dan Salah satu pencapaian lain adalah aku berhasil menjadi asisten pelatih untuk sekolahku dan akselerasi jurus serta level sabuk.

Tehnik Kimia adalah satu-satunya jurusan yang aku inginkan untuk dipelajari di kampus. Alasannya sederhana saja, aku sangat menyukai  pelajaran kimia serta cukup baik dalam penguasaannya. Serta mempunyai teman diskusi satu meja yang juga cukup baik dalam pelajaran kimia.

Selain Pencak Silat, ad beberapa pencapaian lainnya di bidang non akademik. Antara lain menjadi atlet basket sekolah, mendapat amanah sebagai ketua ekskul IMTAQ (Iman dan Taqwa), serta aktif sebagai salah satu ketua departmen di OSIS.

Bersambung ke part 2. 


Post a Comment

3 Comments