Misteri Malam Jumat

Baru saja azan shalat isya selesai menerebos udara malam yang mulai perlahan berubah menjadi lebih dingin dari sebelumnya bahkan partikel-partikel udara masih menghantarkan dengan jelas menghantarkan dengungan suara azan yang belum sampai seutuhnya kesemua telinga.

Tetapi banyak orang terlihat mulai berdatangan dan memenuhi bahu jalan sultan agung secara berangsur-angsur, pada awalnya hanya beberapa orang hingga semakin lama semakin banyak yang datang.

Pada malam dihari biasa memang terdapat beberapa orang yang memanfaatkan pelataran pertokoan yang terdapat dijalan ini menjadi tempat mereka menginap untuk memejamkan mata dan beristirahat dari semua aktivitas seharian mereka.  Hal ini tentu saja merupakan suatu piihan biasa bagi mereka para tunawisma agar mampu mengembalikan energynya kembali untuk menjalani aktivitas pada keesokan harinya dan bukan merupakan pilihan bagi mereka.

Setiap malam aku melihatnya dan menjadi sebuah peristiwa yang biasa untuk dilihat, tetapi pada suatu hari, aku beranjak dan sampai di depan kos cukup malam sekitar pukul 21.30, malam tersebut sangat terasa tenang dengan semilir angin malam yang dingin, dan masih terasa partikel-partikel angin masih menyimpan suara-suara yang menenangkan jiwa, malam itu merupakan malam jumat.

Langkahku tiba-tiba berhenti mendadak sesaat setelah menelusuri zebra cross yang menghantarkanku ke sisi seberang jalan yang lebih dekat dengan kosku, terdapat sebuah pemandangan yang sangat mengejutkan dan tidak biasa, secara mendadak tunawisma yang biasa beristirahat di depan pertokoan jalan sultan agung ini mendadak menjadi ratusan kali lipat jumlahnya menjadi sekitar 500 orang lebih, mereka duduk berjejer di trotoar jalan. Tetapi aku tetap melanjutkan langkahku yang sudah sangat letih sekali dengan membawa berbagai pertanyaan yang muncul dan keheranan yang sangat luar biasa melihat peristiwa itu.

Pada pekan selanjutnya dimalam yang sama, aku kembali menemukan peristiwa ini saat akan membeli makan malam, aku melempar pandangan yang tajam untuk memperhatikan mereka semua sambil berfikir kenapa jumlah tuna wisma bertambah berkali-kali lipat, dalam pengamatanku tak mungkin rasanya semua orang-orang ini adalah tunawisma.

Diantara orang ini terdapat berbagai usia, nenek, kakek, muda tua hingga balita, mereka sampai membawa alas berupa tikar dan bahkan selimut, sebuah pemandangan yang sangat mencurigakan sekali.

Kecurigaan tersebut bertambah Karena sebagian besar mereka memainkan gawai yang harganya tak dapat dibilang murah, bahkan membawa motor, rasa ingin tau membawa diriku melontarkan sejumlah pertanyaan kepada pedagang yang berada didekat kosku, dari penuturannya mereka merupakan warga sekitar yang berbondong-bondong menunggu pembagian uang.

Aku semakin terkejut, siapakah yang membagikan uang kepada orang sebanyak itu setiap minggu, orang-orang itu rela bertahan melawan dinginnya udara yang menusuk tulang dan bahkan aparat yang berupaya membubarkan mereka semua hingga dini hari hanya sekedar menunggu sang pemberi uang muncul dengan mobilnya untuk membagikan setiap lembar rupiahnya.

Rasa penasaran dibenak semakin menjadi-jadi mendengar penjelasan dari pedagang tersebut, setelah beberapa pekan, ketika aku sedang mengerjakan tugas di depan jendela, nampak sudah berkumpul dan penuh sesak mereka yang menanti pembagian uang kembali, nampaknya mereka mengingat dengan baik hari pembagian itu dan mengerahkan semua sumber daya keluarga mereka untuk mengais jumlah yang lebih banyak.

Kehadiran mereka terlihat seperti supporter sepak bola yang baru atau akan menonton di stadion, atau terlihat seperti akan melakukan perang fisik melawan kampung seberang, inilah yang pertama kali terlintas dibenakku, jelas saja ini beralasan karena daerah ini merupakan wilayah rawan tawuran.

Mulai menjelang tengah malam sekitar pukul 22.00 secara tidak sengaja aku menyaksikan langsung dari jendela satu sosok yang dinanti ratusan orang ini, nampak ia hanya mengawasi anak buahnya membagikan uang dari bangku mobil paling depan, terlihat jelas sosok ini mengenakan penutup kepala berwarna putih dan kacamata bergagang jernih. Samar-samar terlihat ditemani anggota keluarga di bangku bagian tengah, mobil yang ditumpangi pun berjalan perlahan dengan kendali penuh dari sang nahkoda setir mengiri rekan kerjanya yang lain membagikan mengabadikan moment pembagian uang malam itu.

Saat itu rasa penasaranku yang selalu mengganggu fikiran ketika melihat orang-orang yang rela mengorbankan sedikit harga diri mereka demi selembar uang, yang rasanya bisa jadi mereka berhak namun caranya sedikit salah.

Sosok dermawan itu tetap menjadi pahlawan mereka di setiap malam jumat dan menjadi misteri bagiku, siapakah dia sebernarnya.


Post a Comment

0 Comments