Sekedar Usaha
Selanjutnya dari data
ekonomi dan potensinya, kami dapat memahami pekerjaan mayoritas penduduk desa
adalah petani, baik yang berprofesi sebagai buruhnya atau pemilik lahan bahkan
pemilik pabrik penggilingan. Serta mengetahui mayoritas komoditas pertanian
yang ditanam didesa ini yakni cacao atau
cokelat dan kopi.
Kami menemukan
dirumah-rumah penduduk yang menjadi buruh pengering biji cacao bahwasannya kulitnya dibuang begitu saja, yang jika
dikumpulkan jumlahnya sangat besar, dan ketersediaanya juga cukup stabil dan
selalu tersedia karena cacao dapat
dipanen setiap hari.
Dalam diskusi kami
mendapati bahwasannya ada beberapa penduduk yang memanfaatkanya sebagai pupuk
dengan cara dimasukan kedalam tanah yang digali diantara pepohonan cacao yang mereka miliki, tetapi praktek
ini sangat sedikit sekali dilakukan dan limbah kulit lebih banyak terbuang.
Berbekal data ini kami
berdiskusi, bahwa kulit cokelat ini memiliki potensi nilai ekonomi yang sangat
besar jika dikelola, dari diskusi itu kami sepakat untuk menginiasiasi gerakan
pupuk cair yang diproduksi dari kulit limbah tersebut. Dengan skema hingga
pembentukan unit usaha yang menampung dan memasarkan produk olahan tersebut.
Hasil diskusi itupun
kami diskusikan kembali kepada kepala desa, mulai dari bertanya bagaimana bisa
penyuluh pertanian desa tidak melihat potensi ekonomi yang begitu besar ini.
Dari diskusi tersebut pula ternyata penyuluh pertanian desa atau ppd jarang
hadir didesa.
Maka kami memohon izin
kepada kepala desa untuk mencari skema lain, dikarenakan kami memang tidak
mengerti mengenai cara produskinya. Hingga inisiatif itu membawa kelompok kami
sampai ke kantor dinas petanian, tepatnya upptd pertanian kecamatan seingat
saya. Kami bertemu dengan penyuluh kecamatan dan kami berdiskusi cukup lama
mengenai maksud kehadiran kami.
Mereka sangat
mengapresiasi inisiatif kami, dan baru kelompok kami yang berusaha melibatkan
stakeholder, entah mengapa salah satu penyuluh yang berdiskusi hangat bersama
kami mengajak kami untuk berkunjung ke kebun cacao miliknya yang tak jauh dari kantor.
Kamipun mengiyakan
ajakan tersebut, dalam perjalalanan menuju kebun beliau, kami melewati
sekolah-sekolah dan berbagai lahan pertanian, antara lain wortel, cabai, kubis,
beberapa jenis terong-terongan, dan bawang serta kopi. Dan lagi-lagi kami tidak
menyia-nyiakan moment itu untuk mengambil
photo dan video, he he he harap maklum ya soalnya tidak pernah masuk ke tempat
semacam ini.
Selang beberapa belas
menit, kami sampai disebuah kebun cokelat miliknya yang sangat mengagumkan
sekali, buahnya lebat dan besar. Sambil berkeliling kebun beliau memberikan
edukasi dasar mengenai perawatan cokelat yang baik dan benar, seperti merawat
semut-semut yang ada dipohon sebagai pembunuh hama yang alami, pemangkasan
cabang dan ranting yang tidak berguna, merawat dan membesarkan cabang, dengan
menerapkan skema maksimal buah percabang yang dimiliki. Beliau berkata dengan
memangkas cabang dan buah yang tidak penting dapat memaksimalkan suplay bahan makanan kebuah yang dirawat
sehingga akan tumbuh besar, dengan skema yang diterapkannya dia mampu
memprediksi total jumlah hasil panen yang akan didapatkan. Disela-sela
penjelasannya beliau bercerita bahwa beliau adalah seorang pemenang lomaba
cipta bibit cokelat unggul seindonesia, sehingga hasil karyanya dinamakan
dengan namanya.
Beliau juga banyak
bercerita mengenai karakter masyarakat yang diberi penyuluhan sedikit berat
untuk mengikuti saran, terlebih cara dan metodenya baru diterapkan, mereka akan
mau mengikuti jika sudah ada percontohan keberhasilan metode yang diberikan
dalam penyuluhan. Saya pribadi berfikir bahwa hal tersebut merupakan sesuatu
hal yang wajar saja. Kami juga secara tidak langsung menyemati usaha beliau
untuk memberikan penyuluhan. Kunjungan pertama berakhir dengan buah-buahan yang
banyak yang dipetik dan diberikan kepada kami, hal yang membuat teman-teman
saya tersenyum lebar.
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 1 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 2 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 3 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 4 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 5 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 6 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 7 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 8 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 9 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 10 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 11 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 12 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 13 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 14 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 1 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 2 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 3 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 4 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 5 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 6 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 7 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 8 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 9 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 10 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 11 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 12 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 13 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 14 |
0 Comments