"1440 Jam di Desa Tertap" Sebuah Desa di Kaki Gunung Dempo. bagian 9


Sekedar Usaha

Selanjutnya dari data ekonomi dan potensinya, kami dapat memahami pekerjaan mayoritas penduduk desa adalah petani, baik yang berprofesi sebagai buruhnya atau pemilik lahan bahkan pemilik pabrik penggilingan. Serta mengetahui mayoritas komoditas pertanian yang ditanam didesa ini yakni cacao atau cokelat dan kopi.

Kami menemukan dirumah-rumah penduduk yang menjadi buruh pengering biji cacao bahwasannya kulitnya dibuang begitu saja, yang jika dikumpulkan jumlahnya sangat besar, dan ketersediaanya juga cukup stabil dan selalu tersedia karena cacao dapat dipanen setiap hari.

Dalam diskusi kami mendapati bahwasannya ada beberapa penduduk yang memanfaatkanya sebagai pupuk dengan cara dimasukan kedalam tanah yang digali diantara pepohonan cacao yang mereka miliki, tetapi praktek ini sangat sedikit sekali dilakukan dan limbah kulit lebih banyak terbuang.

Berbekal data ini kami berdiskusi, bahwa kulit cokelat ini memiliki potensi nilai ekonomi yang sangat besar jika dikelola, dari diskusi itu kami sepakat untuk menginiasiasi gerakan pupuk cair yang diproduksi dari kulit limbah tersebut. Dengan skema hingga pembentukan unit usaha yang menampung dan memasarkan produk olahan tersebut.

Hasil diskusi itupun kami diskusikan kembali kepada kepala desa, mulai dari bertanya bagaimana bisa penyuluh pertanian desa tidak melihat potensi ekonomi yang begitu besar ini. Dari diskusi tersebut pula ternyata penyuluh pertanian desa atau ppd jarang hadir didesa.

Maka kami memohon izin kepada kepala desa untuk mencari skema lain, dikarenakan kami memang tidak mengerti mengenai cara produskinya. Hingga inisiatif itu membawa kelompok kami sampai ke kantor dinas petanian, tepatnya upptd pertanian kecamatan seingat saya. Kami bertemu dengan penyuluh kecamatan dan kami berdiskusi cukup lama mengenai maksud kehadiran kami.

Mereka sangat mengapresiasi inisiatif kami, dan baru kelompok kami yang berusaha melibatkan stakeholder, entah mengapa salah satu penyuluh yang berdiskusi hangat bersama kami mengajak kami untuk berkunjung ke kebun cacao miliknya yang tak jauh dari kantor.

Kamipun mengiyakan ajakan tersebut, dalam perjalalanan menuju kebun beliau, kami melewati sekolah-sekolah dan berbagai lahan pertanian, antara lain wortel, cabai, kubis, beberapa jenis terong-terongan, dan bawang serta kopi. Dan lagi-lagi kami tidak menyia-nyiakan moment itu untuk mengambil photo dan video, he he he harap maklum ya soalnya tidak pernah masuk ke tempat semacam ini.

Selang beberapa belas menit, kami sampai disebuah kebun cokelat miliknya yang sangat mengagumkan sekali, buahnya lebat dan besar. Sambil berkeliling kebun beliau memberikan edukasi dasar mengenai perawatan cokelat yang baik dan benar, seperti merawat semut-semut yang ada dipohon sebagai pembunuh hama yang alami, pemangkasan cabang dan ranting yang tidak berguna, merawat dan membesarkan cabang, dengan menerapkan skema maksimal buah percabang yang dimiliki. Beliau berkata dengan memangkas cabang dan buah yang tidak penting dapat memaksimalkan suplay bahan makanan kebuah yang dirawat sehingga akan tumbuh besar, dengan skema yang diterapkannya dia mampu memprediksi total jumlah hasil panen yang akan didapatkan. Disela-sela penjelasannya beliau bercerita bahwa beliau adalah seorang pemenang lomaba cipta bibit cokelat unggul seindonesia, sehingga hasil karyanya dinamakan dengan namanya.

Beliau juga banyak bercerita mengenai karakter masyarakat yang diberi penyuluhan sedikit berat untuk mengikuti saran, terlebih cara dan metodenya baru diterapkan, mereka akan mau mengikuti jika sudah ada percontohan keberhasilan metode yang diberikan dalam penyuluhan. Saya pribadi berfikir bahwa hal tersebut merupakan sesuatu hal yang wajar saja. Kami juga secara tidak langsung menyemati usaha beliau untuk memberikan penyuluhan. Kunjungan pertama berakhir dengan buah-buahan yang banyak yang dipetik dan diberikan kepada kami, hal yang membuat teman-teman saya tersenyum lebar.


1440 Jam di Desa Tertap, bagian 1      | 

1440 Jam di Desa Tertap, bagian 2      
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 3      | 
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 4      | 
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 5      | 
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 6      | 
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 7      |
 1440 Jam di Desa Tertap, bagian 8     |  
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 9      |  
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 10    | 
 1440 Jam di Desa Tertap, bagian 11   | 
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 12    |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 13    |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 14    |

Post a Comment

0 Comments