Talang
Bagi kami yang baru
saja memulai hidup di tempat ini merupakan sebuah kebahagiaan yang tidak bisa
di nominalkan dan kesempatan berharga yang sangat sulit didapatkan, serta ini
merupakan suatu hal yang menjadi perjuangan dalam beraktivitas bagi kami semua.
Perbedaan adalah kata
kunci utama yang membuat kami kagum, dan menjadi petarung dalam keseharian.
Terutama perbedaan alam, udara desa ini begitu dingin dikarenakan berada di
bawah gunung dempo. Sesuatu yang membuat kami menjadi seperti orang aneh,
biasanya pagi-pagi sekali kami sudah mulai mandi untuk memulai aktivitas.
Sedangkan disini, jangankan menyentuh air, untuk melepaskan selimut dari
tubuhpun menjadi sesuatu yang sangat terpaksa dilakukan karena begitu dinginnya
udara.
Mengambil wudhu pun
menjadi sebuah perjuangan yang sangat luar biasa yang mungkin seperti
perjuangan republik ini dalam meraih kemerdekaan, begitu berat tapi harus
dilakukan. Suasana udara seperti ini membuat mata menjadi cukup tak bersahabat,
ditambah harus menuruni anak tangga untuk berwudhu, saat berada dikamar mandi
tiba-tiba setiap orang berteriak brrr dikarenakan air yang terasa seperti es.
Pukul 06.00 sebagian
besar masyarakat sudah beraktivitas normal, ada yang sudah berada di kebun dan
lahan pertanian mereka, atau yang bekerja sebagai guru sudah mulai bersiap-siap
untuk berangkat mengajar. Begitupun dengan kami yang harus ikut mengajar,
meskipun jarum jam menunjukan hampir pukul 07.00 tak ada satupun dari kami yang
berani untuk mandi, jadilah mandi bebek saja yakni muka dan kepala saja.
Kondisi ini berlangsung cukup lama hingga kami mulai terbiasa dengan cuaca
dingin disini.
Struktur tanah didesa
ini merupakan dataran tinggi tapi tidak berbukit-bukit, tidak sedikit dari
masyarakat yang memiliki lahan perkebunan diatas gunung, biasanya mereka
menanam kopi dan cokelat termasuk beberapa komoditas rempah-rempah seperti
pala, ketumbar dan sebagainya.
Selain bercocok tanam,
sebagian dari mereka juga berprofesi sebagai pembudidaya seperti berbagai jenis
ikan antara lain mas, gurame, nila, dan udang.
Bagian yang paling kami
sukai dari anugerah alam seperti ini adalah ketika kami diajak berkunjung ke
perkebuanan yang terletak diatas gunung, masyarakat disini menyebutnya sebagai
talang. Untuk menjangkau talang ini masyarakat biasa menggunakan motor
jambrong, yakni sepeda motor bebek yang sudah sedikit dimodifikasi hingga
menyisakan kerangka dan mesin motor saja, ban motor pun di ubah menjadi seperti
motor kros, terkadang harus ditambahkan rantai bekas dengan cara dililitkan
pada sekeliling ban agar dapat melewati jalan yang rusak jika pada saat musim
hujan.
Biasanya kami juga
dipinjamkan motor untuk ikut pergi ketalang, kami merasakan kebahagiaan yang tidak
berbatas dikarenakan dapat merasakan sensasi layaknya seorang pembalap motor
kros, yang biasanya hanya kami saksikan ditelevisi.
Wilayah yang disebut
talang oleh masyarakat sekitar merupakan daerah pemukiman kecil yang terletak
di tengah-tengah perkebunan milik masyarakat yang terdiri dari beberapa rumah
kecil atau tepatnya disebut gubuk atau saung atau sejenisnya yang digunakan
untuk menginap serta terdapat juga sebuah masjid yang bersifat permanen.
Talang merupakan tempat
masyarakat untuk bermalam atau menginap sehingga memudahkan aktivitas berkebun
mereka, saat kami berkunjung ketalang terdapat lebih kurang ada sekitar 20 buah
gubuk, tetapi ada banyak yang tidak
terdapat penghuninya atau kosong, hanya ada beberapa gubuk yang aktif dihuni.
Setelah berbincang
hangat, ternyata talang ini akan menjadi sangat ramai ditempati jika musim
panen telah tiba, akan ada banyak penjual dan orang ditalang, bahkan kata
masyarakat ketika waktu panen desa akan sepi dikarenakan hampir semua orang
menginap ditalang. Tentu ada banyak talang diatas gunung dempo ini.
Dari atas sini kami
dapat melihat pemandangan desa yang sangat indah tanpa terhalang pepohonan
sedikitpun, dari atas sini juga dapat terlihat bukit barisan yang sangat
fenomenal dan tentu tak ada hiburan seperti televisi diatas sini, jangankan
hiburan sinyal kartu perdanapun sangat sulit didapat.
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 1 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 2 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 3 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 4 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 5 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 6 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 7 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 8 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 9 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 10 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 11 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 12 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 13 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 14 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 1 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 2 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 3 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 4 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 5 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 6 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 7 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 8 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 9 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 10 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 11 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 12 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 13 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 14 |
0 Comments