"1440 Jam di Desa Tertap" Sebuah Desa di Kaki Gunung Dempo. bagian 10

Talang

Bagi kami yang baru saja memulai hidup di tempat ini merupakan sebuah kebahagiaan yang tidak bisa di nominalkan dan kesempatan berharga yang sangat sulit didapatkan, serta ini merupakan suatu hal yang menjadi perjuangan dalam beraktivitas bagi kami semua.

Perbedaan adalah kata kunci utama yang membuat kami kagum, dan menjadi petarung dalam keseharian. Terutama perbedaan alam, udara desa ini begitu dingin dikarenakan berada di bawah gunung dempo. Sesuatu yang membuat kami menjadi seperti orang aneh, biasanya pagi-pagi sekali kami sudah mulai mandi untuk memulai aktivitas. Sedangkan disini, jangankan menyentuh air, untuk melepaskan selimut dari tubuhpun menjadi sesuatu yang sangat terpaksa dilakukan karena begitu dinginnya udara.

Mengambil wudhu pun menjadi sebuah perjuangan yang sangat luar biasa yang mungkin seperti perjuangan republik ini dalam meraih kemerdekaan, begitu berat tapi harus dilakukan. Suasana udara seperti ini membuat mata menjadi cukup tak bersahabat, ditambah harus menuruni anak tangga untuk berwudhu, saat berada dikamar mandi tiba-tiba setiap orang berteriak brrr dikarenakan air yang terasa seperti es.

Pukul 06.00 sebagian besar masyarakat sudah beraktivitas normal, ada yang sudah berada di kebun dan lahan pertanian mereka, atau yang bekerja sebagai guru sudah mulai bersiap-siap untuk berangkat mengajar. Begitupun dengan kami yang harus ikut mengajar, meskipun jarum jam menunjukan hampir pukul 07.00 tak ada satupun dari kami yang berani untuk mandi, jadilah mandi bebek saja yakni muka dan kepala saja. Kondisi ini berlangsung cukup lama hingga kami mulai terbiasa dengan cuaca dingin disini.

Struktur tanah didesa ini merupakan dataran tinggi tapi tidak berbukit-bukit, tidak sedikit dari masyarakat yang memiliki lahan perkebunan diatas gunung, biasanya mereka menanam kopi dan cokelat termasuk beberapa komoditas rempah-rempah seperti pala, ketumbar dan sebagainya.

Selain bercocok tanam, sebagian dari mereka juga berprofesi sebagai pembudidaya seperti berbagai jenis ikan antara lain mas, gurame, nila, dan udang.

Bagian yang paling kami sukai dari anugerah alam seperti ini adalah ketika kami diajak berkunjung ke perkebuanan yang terletak diatas gunung, masyarakat disini menyebutnya sebagai talang. Untuk menjangkau talang ini masyarakat biasa menggunakan motor jambrong, yakni sepeda motor bebek yang sudah sedikit dimodifikasi hingga menyisakan kerangka dan mesin motor saja, ban motor pun di ubah menjadi seperti motor kros, terkadang harus ditambahkan rantai bekas dengan cara dililitkan pada sekeliling ban agar dapat melewati jalan yang rusak jika pada saat musim hujan.

Biasanya kami juga dipinjamkan motor untuk ikut pergi ketalang, kami merasakan kebahagiaan yang tidak berbatas dikarenakan dapat merasakan sensasi layaknya seorang pembalap motor kros, yang biasanya hanya kami saksikan ditelevisi.

Wilayah yang disebut talang oleh masyarakat sekitar merupakan daerah pemukiman kecil yang terletak di tengah-tengah perkebunan milik masyarakat yang terdiri dari beberapa rumah kecil atau tepatnya disebut gubuk atau saung atau sejenisnya yang digunakan untuk menginap serta terdapat juga sebuah masjid yang bersifat permanen.

Talang merupakan tempat masyarakat untuk bermalam atau menginap sehingga memudahkan aktivitas berkebun mereka, saat kami berkunjung ketalang terdapat lebih kurang ada sekitar 20 buah gubuk, tetapi ada  banyak yang tidak terdapat penghuninya atau kosong, hanya ada beberapa gubuk yang aktif dihuni.

Setelah berbincang hangat, ternyata talang ini akan menjadi sangat ramai ditempati jika musim panen telah tiba, akan ada banyak penjual dan orang ditalang, bahkan kata masyarakat ketika waktu panen desa akan sepi dikarenakan hampir semua orang menginap ditalang. Tentu ada banyak talang diatas gunung dempo ini.

Dari atas sini kami dapat melihat pemandangan desa yang sangat indah tanpa terhalang pepohonan sedikitpun, dari atas sini juga dapat terlihat bukit barisan yang sangat fenomenal dan tentu tak ada hiburan seperti televisi diatas sini, jangankan hiburan sinyal kartu perdanapun sangat sulit didapat.


1440 Jam di Desa Tertap, bagian 1      | 

1440 Jam di Desa Tertap, bagian 2      
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 3      | 
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 4      | 
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 5      | 
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 6      | 
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 7      |
 1440 Jam di Desa Tertap, bagian 8     |  
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 9      |  
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 10    | 
 1440 Jam di Desa Tertap, bagian 11   | 
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 12    |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 13    |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 14    |

Post a Comment

0 Comments