Dilema Petani
Berprofesi sebagai
petani yang menanam tanaman yang masa panennya hanya beberapa kali saja
ternyata juga dapat mempengaruhi tingkat kejahatan yang terjadi antara lain
berupa pencurian. Pencurian didesa ini selalu meningkat tajam ketika masa-masa
bukan panen raya, apalagi saat-saat terjadi musim hujan yang membuat sulitnya
ke kebun, maka dengan seketika masyarakat akan menyebutnya sebagai musim
panceklik dimana hasil tanam kurang mencukupi kebutuhan sehari-sehari keluarga
mereka.
Dimusim seperti ini biasanya
masyarakat yang ekonomi kurang berkecukupan, mereka melakukan pinjaman kepada
orang lain dan akan membayarnya ketika tiba masa panen raya datang.
Semua warga harus
meningkatkan keamanan, karena biasanya ada banyak rumah yang bobol oleh kawanan
pencuri yang sangat menjamur kemunculannya dimusim panceklik seperti itu,
“biasanya mereka menggunakan ilmu sirep” ujar salah satu masyarakat. Setelah
banyak melakukan diskusi-diskusi ringan, ternyata ada sebuah fakta yang cukup
mencengangkan, bahwa orang-orang yang melakukan kejahatan pencurian tersebut
ternyata berasal dari daerah kabupaten lain di didekat perbatasan. Informasi
tersebut cukup berasalasan karena sudah sangat sering pencuri yang tertangkap
berasal dari daerah tersebut tetapi hal tersebut seolah tidak pernah membuat
jera para pelaku kejahatan itu.
Selama musim panceklik
suasana desa menjadi sangat menegangkan dan sedikit mencekam pada malam hari,
masyarakat akan selalu mengawasi dan mencurigai orang-orang yang tidak dikenal
jika orang tersebut terlihat beberapa kali mondar-mandir melewati desa baik
disiang ataupun sore hari.
Tepat satu minggu
sebelum kami tiba didesa ini, rumah seorang warga desa tepat berada didepan
posko kami telah dibobol dan kehilangan satu unit sepeda motor serta
barang-barang lainnya padahal rumahnya menggunakan pintu besi karena juga
merupakan sebuah toko.
Kondisi ini tentu saja
membuat kami sangat khawatir, dengan ditambahnya informasi ada beberapa posko
lain kehilangan banyak barang-barang mereka ketika posko ditinggalkan kosong
saat berkumpul dimasjid untuk melakukan pertemuan.
Hal tersebut membuat
kami mendapatkan himbauan tegas dari kepala desa agar tidak meninggalkan posko
dalam keadaan kosong, himbauan yang kami respon dengan langsung melakukan rapat
darurat untuk membuat dan menyusun ulang jadwal penyesuaian penjaga posko.
Beberapa diantara kami
yang membawa laptop pun menjadi sangat sibuk sekali untuk mencari tempat
menyembunyikan laptop yang sangat aman ketika kami tidak berada diposko hingga kami
menitipkannya di rumah kepala desa.
Semenjak kami
mengetahui informasi tentang hal ini, kamipun menjadi sangat was-was. Saat
tidur pun harus siap siaga jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, hingga
meletakan kayu disebelah kami sebagai senjata darurat. Itu pun membuat kami
tetap tidak menjadi tenang hingga kami membeli beberapa senjata tajam
tradisional yang selalu kami bawa kemanapun meskipun saat tidur untuk
berjaga-jaga.
Selain himbauan dari
desa untuk menjaga keamanan rumah masing-masing, desa juga melaksanakan
kegiatan jaga malam untuk mengantisipasi pencurian, sebagai tamu, posko kami
selalu mendapatkan penjagaan setiap malamnya. Kegiatan ini terbukti sangat
bermanfaat pada warga dan tentunya kelompok kami, sebagai contoh suatu malam semua
laki-laki di kelompok kami biasanya terjaga saat malam meskipun hanya berada didalam
kamar, baik secara bergantian atau bersamaan, entah kenapa pada malam itu kami merasa
sangat mengantuk sekali dan kami tertidur lelap dan tidak mengetahui apapun
yang terjadi dimalam itu, yang ternyata posko kami mendapat percobaan pencurian
oleh para pencuri.
Ketika pagi kami
mendapatkan cerita dari warga yang bertugas saat jaga malam tadi, ternyata ada
sekelompok pencuri yang ingin membobol posko kami tetapi percobaan tersebut diketahui
oleh penjaga. Usaha pencuri itu diketahui setelah para warga yang bertugas
merasa aneh dengan suara anjing yang awalnya menggonggong dengan keras
tiba-tiba diam disertai dengan suara seperti kesakitan. Karena merasa curiga
mereka pun langsung melakukan pengecekan, dan hasilnya mereka melihat sekelompok
orang yang diyakini sebagai pencuri yang melarikan diri saat dikejar. Dan
dipagi itu terdengar kabar rumah warga didesa sebelah menjadi korban mereka.
Barang-barang yang
mereka curi benar-benar menggambarkan kondisi ekonomi yang sangat sulit dimasa
panceklik, apa saja yang mereka bisa ambil akan dibawa termasuk beras seperti
yang terjadi di desa sebelah.
Sebagai mahasiswa yang
sedang melakukan pengabdian didesa tertap ini, kami juga membantu dalam upaya
menciptakan rasa aman dengan cara berpartisipasi dalam kegiatan jaga malam
meskipun kami tidak diizinkan tetapi kami tetap berkontribusi dengan memberikan
sedikit pengertian.
Dimalam itu kami benar-benar
merasakan atmosfer yang menegangkan diseluruh desa, kami juga ikut berkeliling
keseluruh pos ronda untuk mengkonfirmasi keadaan bagian lain desa, bersama
perangkat desa dan bahkan bersama kepolisian yang bertugas.
Dari semua upaya
menjaga keamanan terjadi sebuah peristiwa yang membuat geleng-geleng kepala,
kejadian itu terjadi saat malam hari hajatan pernikan salah satu warga,
perangkat desa sudah mengantisipasi keamanan untuk malam itu karena dapat
dipastikan semua warga akan berada di tempat pesta.
Desa membentuk beberapa
kelompok untuk mengawasi desa untuk mengatisipasi kejahatan, dan hasilnya
kecemasan itu benar-benar terjadi, baru pukul 20.00 warga mendapati sekelompok
pencuri yang berusaha membobol toko milik warga, namun sayangnya kawanan
pencuri itu berhasil kabur.
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 1 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 2 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 3 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 4 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 5 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 6 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 7 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 8 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 9 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 10 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 11 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 12 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 13 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 14 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 1 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 2 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 3 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 4 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 5 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 6 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 7 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 8 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 9 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 10 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 11 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 12 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 13 |
1440 Jam di Desa Tertap, bagian 14 |
0 Comments