sociopreneur. part 2


Indonesia memiliki jumlah penduduk terbesar ke 4 dunia berkisar 250 juta jiwa lebih dengan konsentrasi kepadatan penduduk berada di kota-kota, baik itu kota provinsi, kota kabupaten, atau kota kecamatan, tingkat kepadatan penduduk kota setiap tahun terus meningkat akibat perpindahan penduduk dari desa ke kota karena berbagai kepentingan, mulai dari mencari pekerjaan dan pendidikan.

Konsentrasi-konsentari penduduk yang berlebihan ini, menimbulkan permasalahan permasalahan yang baru, kemiskinan, kesenjangan social, kriminalitas, padahal Indonesia memiliki wilayah yang sangat luas. Lahan-lahan pertanian ditinggalkan pemilik-pemiliknya demi mengadu nasib ke kota. Menyebabkan masyarakat acuh dengan kondisi dan kebijakan pemerintah, karena yang terpikirkan hanyalah urusan perut, bagaimana caranya hari ini dapat makan, punya uang dan tidak kelaparan.

Saat ini Indonesia terus mengalami krisis pangan nasional, krisis itu diatasi dengan kebijakan impor pangan dari Negara lain, tanpa diiringi sebuah kebijakan untuk mengatasi krisis tersebut.

Sehingga kita harus mampu mengelola semua ini menjadi sebuah solusi yang dapat membantu negeri ini mengatasi permasalahn-permasalahan ini, pengusaha berbasis masyarakat atau pemberdayaan masyarakat atau socioentrepreneurship adalah salah satu metode solusi konkrit yang saat ini sedang berkembang untuk mengatasi permasalahan masyarakat, socioentrepreneurship atau usaha berbasis social adalah sebuah usaha yang melibatkan banyak elemen, masyarakat itu sendiri, pemerintah, akademisi, dan praktisi.

Banyak sekali saat ini contoh jenis usaha berbasis social atau berbasis masyarakat, antara lain pemberdayaan ekonomi kreatif berupa kerajinan, sebagai contoh saat ini saya sedang berusaha menggagas sebuah  gerakan usaha berbasis masyarakat yang saya beri nama society fresh green atau pertanian berbasis masyarakat, yakni memanfaatkan lahan-lahan sempit yang berada disekitar rumah masyarakat perkotaan untuk ditanami tanaman yang bernilai ekonomis dengan cara dikoordinir.


Nantinya masyarakat akan di edukasi tentang bagaimana peran masyarakat dalam berkontribusi mengatasi krisis pangan dan ekonomi melalui gerakan ini, diedukasi tentang bagaimana melakukan pertanian secara baik, mulai dari penanaman, perawatan, hingga panen. Diedukasi tentang pengelolaan lembaga, edukasi ilmu pemasaran serta pengembagan lembaga.

Simulasi nilai Ekonomi

Secara asumsi seandainya dalam satu wilayah rukun tetangga atau RT terdapat 30-40 rumah, setiap rumah memiliki lahan sempit seluas satu meter, dengan jenis tanaman cabai merah, dengan asumsi hasil panen paling sedikit setiap rumah adalah 1 kilogram, dan asumsi nilai 1 kilogram cabai sebesar Rp. 20.000, maka yang dapat dihasilkan dalam satu wilayah rukun tetangga dalam satu kali panen adalah sebesar Rp. 800.000, asumsi tersebut adalah asumsi terendah, belum ditambah pengoptimalan berbagai media tanam yang dapat menggunakan lahan-lahan yang tidak dapat ditanami sekalipun, seperti dinding rumah, halaman yang sudah dibeton, atap rumah, dan pagar.

Jika kita asumsikan kelipatannya, dalam satu kelurahan terdapat 35 RT dengan asumsi jumlah rumah dan lahan sempit serta jenis tanaman yang sama maka nilai yang dihasilkan dalam satu kali panen adalah Rp. 28.000.000, belum kita asumsikan lahan yang lebih dan hasil panen yang lebih banyak, serta penerapan dalam wilayah yang lebih luas lagi.

Dengan dampak jangka panjang wilayah wilayah tersebut dapat menjadi wilayah percontohan yang tentu nantinya akan membutuhkan suverviso-suvervisor untuk transfer ilmu pengelolaan kewilayah lain, dan potensi menjadi wilayah tujuan Agrowisata perkotaan, dimana para pengunjung akan belajar tenatang pertanian, dan melakukan penanaman secara langsung, tentunya asumsi tersebut tidaklah mudah direalisasikan karena kita harus melakukan pendekatan kepada masyarakat secara intensif, agar mereka mau diajak bekerjasama.

Maka sebagai pemuda, ini adalah saatnya kita melakukan aksi nyata, bahu membahu membangun dan memperbaiki negeri ini yang terlanjur bobrok, karena kalau bukan kita siapa lagi yang akan melakukannya.


Post a Comment

2 Comments

  1. Saya setuju.. indonesia dengan ragam tanamannnya memilik potensi besar dibidang pertanian.. tapi sayang ini kurang diperhatikan sepertinya?

    Saya sering ke pasar, tapi sayang kondisi sayur dan umbi kadang menyedihkan, jadi lebih memilih yang import. Ada sih yg organik, tapi harganya mahal banget, karena langka, 😂😂

    Padahal kualitas pertanian kita bisa saja sama dengan kualitas pertanian luar.. hanya kurang edukasi saja mungkin

    (‘Maaf panjang komennya dan maaf kalau ga nyambung 😂😂😂😂)

    Lanjutkan perjuangannya ☝🏿☝🏿☝🏿

    ReplyDelete
  2. Hahah ngga papa panjang kak,

    iyup betul banget kak,

    dan ini perlu waktu yng panjang hehe maksudnya lama dan keseriusan

    ReplyDelete