Flash Back


Amarah semakin membludak  bahkan nyaris meletup seperti gunung api. Kesal kepada keadaan yang semakin parah.
Mulut tidak dapat digembok dari kata-kata yang menandakan diri sedang marah.

Mengapa mereka, orang-orang tidak beretika menyabet kursi-kursi itu. Mereka saling senggol, dorong, dan bahkan menjegal satu sama lain. Mereka tempuh segala cara, meskipun harus menjilat ludah sendiri. Hal tersebut dilakukan demi kedudukan yang sebenarnya tak bisa mereka emban.

Bahkan mewujudkan ketenanganpun mereka tak mampu. Sibuk mencari kambing hitam atas kondisi yang tidak bisa diatasinya. Pernyataan demi pernyataan yang tidak masuk akal mereka lontarkan dengan mudah. Padahal ucapan itu bisa di sebutkan oleh anak taman kanak-kanak.

Cabai mahal lebih baik tanam sendiri. Telur mahal gara-gara piala dunia. Kebijakanseperti apa semua itu. Lebih baik kau tinggalkan saja tempatmu itu.

Tapi hal itu tidak mungkin kalian lakukan. Karna hanya kedudukan yang kau incar. Harusnya kau katakan sesuatu yang lebih menenangkan meski ucapan yang bersifat normatif. Berpura-puralah sedikit agar kami semua lebih tenang.


Tetapi sekarang kalian membabi buta kembali. Kau terobos semua hal karna 5 tahunan segera datang. Kau membela tanpa berfikir. Mungkin karna kau takut kehilangan jabatan. Kalian hujat kami sebagai karna tak sejalan.

Padahal kami merasakan keadaan ini secara langsung. Berjuang di tengah krisis yang kau sebut sebagai kemakmuran dan tidak ragu sebagai keberhasilan kerja. Kalian meminjam sebanyak mungkin dan membangun yang tidak terlalu dibutuhkan di semua daerah.

Kau mengkaburkan janji-janji dengan bangunan demi bangunan yang tidak terlalu penting. Percuma kau buat aspal-aspal baru di daerah kami. Pepohonan di hutan kau robohkan demi iming-iming kemajuan yang tidak jelas. Sementara kami tetap saja tidak punya apa-apa agar dapat memanfaatkan fasilitas itu.


Kami tetap saja merugi dan tidak berdaya. Siapa yang kau untungkan? Ternyata mereka yang punya uang banyak. Kami semakin tak berdaya karna lahan-lahan kami di beli paksa dengan harga murah.


Kami sudah muak.
Kami sudah muak.
Kami tidak butuh orang yang mengkambing hitamkan hal lain sebagai pelarian kegagalan.


MUAK DAN MUAK.
BOSAN DAN BOSAN.
KAMI INGIN PERUBAHAN.
BUKAN KATA DEMI KATA YANG MANIS SAJA.


#prosaliris

Post a Comment

4 Comments

  1. Semoga semuanya menjadi lebih baik. Muak bisa memicu perubahan ke yang lebih baik.

    ReplyDelete
  2. Semiga perubahan yg kita harapkan terwujud

    ReplyDelete
  3. PHP ya judulnya, smg kedepannya perubahan yang dibutuhkan rakyat bs terwujud

    ReplyDelete