Layunya punggungmu

Desah nafas panjang nan berat, menghembus keluar dari mulutmu beberapa kali. Jari-jarimu yang masih kuat perlahan bermunculan guratan demi guratan kecil di permukaannya. Kau sapu keringat peluh di dahimu dengan jari-jarimu.

Kau berusaha sembunyikan peluh yang terus menerpamu dengan senyuman kecil, seolah-olah engkau baik-baik saja. Kau mencoba mengusir perasaanmu dengan segelas kopi hangat disetiap selah lelahmu. Kau tak dapat menyembunyikan betapa lelahnya dirimu, wajahmu tak mampu menutupi rasa yang semakin jelas kau rasakan.

Setiap hari kau angkat beban-beban berat dengan punggungmu. Belasan hingga puluhan kilo kau angkat dengan sekali waktu saja, tak jarang hingga ratusan kilo kau pindahkan setiap harinya. Tapi kau masih bersikap seolah tidak ada yg terjadi. Bahkan jalanmu tidak setegap  sebelumnya.

Kau mulai terlihat sedikit membungkuk meski tanpa beban sedikitpun di atas pundakmu. Goresan demi goresan lecet terlihat jelas saat kau lepas kaosmu ketika menggantinya dengan yang lebih bersih disaat menuju Allah di setiap waktu. Duhai ayah aku mengerti kenapa kau lakukan semuanya. Meski kau berusaha bersikap baik-baik saja, tapi rasa yang muncul tidak dapat kau bohongi. 

Kau korbankan punggungmu demi harapan masa depan yang lebih baik. Meskipun tidak juga menjadi jaminan akan lebih baik di masa depan. Tapi kau tetap optimis akan masa itu.

#prosaliris

Post a Comment

7 Comments