"Gerobak Sayur"


"Assalamualaikum ma, papa berangkat dulu, baik-baik dirumah ya" ucapnya kepada kaina dengan kepala yang menoleh ke balakang, disertai langkah yang sedikit cepat.

"Waalaikumsalam, papa juga hati-hati" balas kaina kepada suaminya dipagi itu. Seketika rumah menjadi senyap dan hanya tinggal kaina seorang diri.

Matahari mulai naik ke atas kepala, perlahan semakin terik. Pekerjaan yang menggunung sudah menantinya di dalam rumah. Pinggan dan cawan masih tergeletak di atas meja, nampak masih begitu hangat bekas sentuhan kekasih hidupnya. Ia melanjutkan sarapan yang belum usai, karena mengantar suaminya berangkat bekerja. Suap demi suap ia selesaikan seorang diri, tanpa gangguan siapapun, bahkan suara kucing pun tak terdengar.

Memang mereka baru saja pindah ke rumah itu. Di sebuah kawasan yang cukup mewah, baru beberapa bulan saja tepatnya. Sebagai pasangan yang baru satu tahun menikah, mereka memang belum mendapatkan buah hati. Ia berkomitmen untuk melaksanakan semua tugas rumah tangga secara mandiri selama masih mampu. Bersama suaminya ia bersepakat untuk bijak dalam membelanjakan uang. Tidak perlu untuk mempekerjakan pembantu selagi bisa diselesaikan sendiri.

Tentu mudah saja bagi suaminya untuk memperkejakan seorang pembantu atau lebih. Dengan jabatan yang tinggi dan gaji selangit, hal tersebut bukanlah hal yang sulit bagi suaminya. Tetapi ketika komitmen di sepakati, mereka akan melakukannya, dan itu salah satu kunci gemilang karir suaminya.

"Sayur.... yur... sayurrr..." suara itu terdengar samar-samar menari-nari di udara dari pinggir jalan. Seolah sedang merayu-rayu para ibu penghuni komplek.

Pertanda tukang sayur sudah datang, dan dengan sabar menanti para ibu komplek ini untuk berbelanja. Ya karena pasar cukup jauh letaknya dari perumahan ini. Kondisi tersebut mendatangkan keuntungan tersendiri bagi para pedagang sayur keliling di daerah ini.

Belum selesai Kaina menyantap makanan yang ada diatas piringnya, ia segera bergegas untuk menghampiri suara itu. Untuk segera berbelanja kebutuhan memasak hari itu. Sebenarnya ia dapat dengan mudah berbelanja kepasar dan mendapatkan harga yang lebih murah, karena ia mempunyai kendaraan yang sengaja disediakan oleh suaminya. Tetapi Kaina lebih memilih berbelanja di pedagang sayur keliling yang selalu mangkal di kompleknya.

Selain berbagi rezeki, ia juga dapat menjalin silaturahim dengan penghuni kompleknya. Satu tahun menetap di sini, ia belum mendapati kesempatan yang lebih baik selain saat berbelanja sayur untuk dapat mengakrabkan diri dengan lingkungan sekitar. Tidak seperti dirinya, ibu-ibu lain tidak mau berbelanja ke pasar karena alasan becek dan jijik.

"Pagi bu" sapa hangat pak Dadang si pedagang sayur keliling. Satu demi persatu pelanggannya datang. Seperti biasa, mereka setidaknya menghabiskan waktu 30 menit untuk berbelanja. Bukan karena bingung akan berbelanja apa, tapi karena lama mengobrol dan bergosipnya.

Moment tersebut sangat dimanfaatkan para istri untuk mengobrol. Tidak jarang beberapa ibu-ibu hanya membeli satu bungkus terasi saja sebagai alasan agar dapat mengobrol. Hari itu mulai terdengar kembali perkataan nyinyir yang di tujukan kepada Kaina.

"Kenapa si bu Kai ngga sewa pembantu saja, supaya ngga repot-repot lagi" ucap salah seorang tetangga. Kaina hanya membalas  dengan senyuman. "Padahal jabatan suami ibu kan lebih tinggi dari suami saya. Saya aja sewa pembantu masa ibu engga sih" tambah tentangganya".

"Selagi bisa dikerjain sendiri, diselesain sendiri aja. Kan uangnya bisa ditabung buat keperluan lainnya" jawab Kaidah dengan lembut. "Tuh dengerin, bu Kai mah bijak orangnya" celetuk pak Dadang. "Ih pak Dadang ikut-ikut aja" respon ibu yang menanya tadi dengan nada sedikit kesal.

"Yeh dibilangin malah ngeyel" tambah pak Dadang. "Terus kapan mau punya anak" pertanyaan yang sama setiap hari muncul dari sisi lain gerobak sayur. Kaina kembali tersenyum mendengar pertanyaan tetangganya itu. "Doakan saja segera di berikan keturunan oleh Allah" jawabnya dengan nada datar.

"Ih itu jadi di beli kaga? Dari tadi di bolak-balik, ntar jadi cepet busuk rugi saya" tegur pak Dadang kepada bu Neneng yang dari awal hanya membolak balik sayur.  Bukannya memilih dan membeli sayur, ia  justru bertanya ke Kaina.

"Sabar ya bu, ibu-ibu disini emang gitu mulutnya" ucap pak Dadang. "Kudu tahan ya bu, untung ibu baru disini, lah saya udah lama nahanin gosip-gosip ibu-ibu ini" tambah pak Dadang. "Ih pak Dadang.... ikut campur mulu dari tadi" gerutu bu Neneng sambil membanting sayur yang ia pegang. Dan menghentak-hentakan kaki ketanah, seperti anak gadis yang sedang mengambek.

"Udah ah saya ngga jadi beli" ucap bu Neneng sambil berjalan meninggalkan gerobak sayur pak Dadang. "Sabar ya bu Kai" himbau pak Dadang.

Satu demi persatu ibu-ibu pulang meninggalkan pak Dadang dengan gerobaknya. Termasuk Kaidah juga kembali kerumahnya setelah selesai berbelanja.

Saat sudah berada didalam pagar rumah. Ia menghela nafas dan membatin "sabar.....sabar....". Pertanyaan demi pertanyaan itu terus menghujaminya setiap hari ketika berbelanja sayur. Seolah-olah gerobak sayur pak Dadang menjadi sebuah pengadilan baginya.

Semua hal tersebut sudah ia ceritakan kepada suaminya jauh saat baru satu minggu pindah ketempat ini. Untungnya suaminya berhasil menguatkan dan menenangkan dirinya. Sehingga lama kelamaan  pertanyaan demi pertanyaan tersebut sudah menjadi hal yang biasa baginya.

Karena ia memiliki niat yang tulus untuk mengakrabkan diri dengan tentangga. Dan berbagi rezeki. Hal tersebut cukup menjadi alasan baginya untuk tetap menjadi pelanggan setia gerobak sayur pak Dadang.

* Mohon maaf apabila ad kesamaan nama karakter dalam cerita ini.
Hal tersebut merupakan hal yang tidak disengaja.

#domesticdrama
__________
Jangan lupa follow, comment, like, and share. Untuk mendukung blog ini tetap produktif

Post a Comment

12 Comments

  1. Dimana" problemanya sama,setiap belanja di tukang sayur keling,pasti ada saja salah satu ibu yang Usil dan buat orang lain tersingung dg keusilannya ... Capek dech

    ReplyDelete
  2. Nama si ibu itu Kaina atau Kaidah mas Ali?
    Senang bacanya. Bisa refresh dari tugas yang penuh menyesakkan dada

    ReplyDelete
  3. Kaina. hihi udah di ganti sih. ketinggalan satu yg belom do ganti

    ReplyDelete
  4. Ya ampun mas Alii ini mah everyone story banget ya dinyinyirin tetangga pas belanja sayur 😆😆 haha mantap

    ReplyDelete
  5. Nasib emak-emak.. Wkwkw...
    Tulisannya bagus, cuma cara penulisan ada yang tidak menurut PUEBI. Semangat belajaraa

    ReplyDelete