Menyeruak “Natuna yang menghantui”


Negeri yang kaya raya akan ragam sumber daya alam nya, adalah sebuah kalimat yang hampir bisa dapat dipastikan akan keluar dari setiap mulut yang menjawab, jika ditanya seperti apa Indonesia, disisi lain tentu saja ada banyak jawaban lain yang mungkin bersebrangan, juga akan keluar dari setiap individu yang menjawab.

Menyambung kalimat tersebut, ragam bahasa, ragam budaya, ragam suku, dan ribuan pulau yang terbentang luas kokoh membentuk Negara yang sempat menjadi Negara perserikatan ini. Hampir dua tahun ini saya tinggal di kabupaten Kediri, yang penduduknya hampir 90 % pendatang dari seluruh Indonesia, jelas saja Karena area ini adalah salah satu tempat belajar bahasa yang paling kondusif dan murah, bahkan saya berani mengatakan bahwa kampung ini yang paling berkualitas di Indonesia. Itulah kenapa orang-orang, mulai dari sabang sampai marauke rela jauh-jauh datang ketempat ini, karena sekolah yang dengan sistemya tak mampu mengemban tugas dalam mencerdaskan pemudanya dalam kemampuan bahasa inggris apalagi bahasa lain, jelas saja waktu selama dua belas tahun belajar bahasa inggris disekolah yang sebagian besar peserta didiknya tidak mampu memahaminya, dapat digantikan dengan waktu lebih kurang satu bulan di kampung ini untuk memahaminya.   

Selama disini saya mulai belajar mengaktifkan diri pada komunitas sosial yakni WKGM (wong kito galo mengajar), jelas saja karena saya merupakan fellowship hunter dan ini bukanlah sebagai aksi ikut-ikutan semata, saya malakukannya atas dasar ketulusan dan kepedulian, karena saya sangat percaya bahwa tidak ada jaminan untuk semua orang agar mereka mendapatkan pendidikan yang berkualitas dan layak walau mereka tinggal dipusat pendidikan atau pusat kota yang maju sekalipun, atas dasar tersebut saya merasa terpanggil untuk menjadi bagian sejarah negeri ini dalam menyelesaikan permasalahan yang semakin akut ini, walaupun saya juga menyadari tidak akan hadir Negara untuk memberikan apresia atau sekedar berucap terima kasih.

Saya juga mulai menyadari untuk mempersiapan segala sesuatu untuk mendapatkan fellowship karena salah satu requirenment nya adalah aktif pada kegiatan sosial. Tetapi bukan berarti saya hanya sekedar aktif agar mendapat pengalaman social activity, saya berprinsip melakukan segala sesuatu hal dengan totalitas, setelah lama aktif di WKGM saya kembali tergugah untuk mencoba mengikuti seleksi kerelawanan nasional pada salah satu institusi kerelawanan yang sangat terkenal di Indonesia yang bidangnya juga pendidikan, sehingga antara oraganisasi saya dan kerelawanan ini memiliki kesamaan fokus.

Puncaknya adalah ketika para alumni kerelawanan nasional ini berkumpul dan meyelenggarakan kegiatan sharing pengalaman mereka selama mengikuti kerelawanan tersebut, dari beberapa pembicara yang berbagi pengalaman mereka, ada salah satu pembicara wanita yang sangat menarik perhatian saya, bukan karena dia wanita dan cantik saja, tetapi cara penuturannya yang sangat menarik untuk disimak.

Dia menceritakan kesemua peserta sharing bahwa dia ditempatkan disebuah pulau terluar Indonesia di laut cina selatan tetapi pulau ini sangat terkenal diseluruh Indonesia atau bahkan dunia karena keindahannya yang sangat mengagumkan. Pembicara ini menjelaskan kepada kami betapa sulitnya mengakses pulau tersebut, beliau menumpangi kapal feri besar belasan jam, setelah itu kapal tidak dapat mengakses pulau karena sulitnya medan sehingga dia harus meneruskan perjalanan menggunakan kapal kecil selama lebih dari enam jam ditambah lagi gelombang laut yang sangat kencang.


Dibalik sulitnya mengakses pulau ini dan cantik alamnya serta terkenalnya ada sejuta masalah dipulau ini terutama masalah pendidikan dan local wisdom nya, dan saya semakin terpanggil untuk menjamah pulau ini melalui kerelawanan itu,  saya mencoba ikut serta dalam proses seleksinya, namun saya belum mendapakan kesempatan untuk berkontribusi di pulau ini. Setelah beberapa saat saya menghilangkan nama pulau ini dari benak pikiran saya, saya mengikuti rekrutmen terbuka komunitas menulis yang teman saya ikuti dan atas saran dia jugalah saya mencoba ikut serta dalam kesempatan ini.

Sayangnya saya tidak selalu dapat aktif dalam diskusi ringan atau sekedar mengakrabkan diri dengan teman-teman yang berhasil masuk ke tahap pra anggota dikarenakan hand phone saya hilang, tetapi saya masih beruntung masih dapat mengakses group melalui laptop saya jika terhubung dengan koneksi internet, pada suatu sore hari ketika saya membuka grup, ternyata ada pembagian kelompok kecil untuk proses saling mengenal gaya tulisan antar sesama calon anggota dan betapa saya sangat terkejut, saya masuk kedalam grup bernama pulau natuna,  nama ini adalah nama yang beberapa waktu yang lalu selalu menggangu fikiran saya, dan sekarang kembali menyeruak kedalam kepala saya. Semoga bisa berkunjung ke pulau ini dengan kesempatan yang terbaik.

Post a Comment

0 Comments